Sabtu, 02 Juni 2012

CyberLink PowerDVD 12.0.1312.54 Ultra Full Version + Crack

CyberLink PowerDVD12 Ultra Full Version + Crack adalah media player terbaik untuk memutar berbagai jenis video/ film terutama jenis video yang memiliki kualitas tinggi (HD) dan 3D. Anda dapat menikmati kualitas video terbaik menggunakan media player PowerDVD 2012 ini.




Enhanced Media Experiences:

  • Convert Blu-ray Movies to 3D
  • Enjoy 2D Videos & Photo Slideshows in 3D!
  • Watch DVDs in Amazing HD
  • YouTube Enhanced!
  • Surround Yourself with Sound
  • Optimized For Your Big Screen TV
  • Silky Smooth Action Sequences
  • Correct Shaky Camcorder Videos
  • Make Your Videos & Photos Snap!
Enhanced Player Experience:

  • Instant Scale – Browse media thumbnails in many sizes
  • Instant View – Quickly search & browse your media
  • Instant Zoom – Watch for details
  • Instant Seek – Instantly find your favorite scene
  • Smart Media Library – Easiest way to browse media
  • Movie Marks – Bookmark your favorite scenes
  • An Optimized Player Experience – Any Device, Any Screen
  • Remote Control Friendly Cinema Mode for Large Screens
  • Informative & Feature Rich Classic Mode for PC
  • Touch Friendly Mobile App for Smartphone & Tablet
  • Control PowerDVD with Your Smartphone
Play All Media:

  • Brilliant Blu-ray & DVD Movies
  • The Next Dimension in Blu-ray: Blu-ray 3D
  • Enjoy HD Audio for Your HD Movies
  • Headphone Technology – Amazing Audio on the Go
  • Vast Video Playback Support
  • View Photos in Animated Slideshows
  • Enjoy Favorite Music Playlists & Lossless Audio
  • Play All Media Content From anywhere – PCs, home networks & Cloud!
  • Over 17 million DRM-free songs!
System Requirements cek di http://www.cyberlink.com/products/powerdvd/spec_en_US.html




Cara install:


  • Install program hingga selesai
  • Tutup program
  • Copy and replace file crack ke C:\Program files\CyberLink\Power DVD12
  • Selesai
Download:

Password: www.fikrishare.com
http://winkom.blogspot.com/2012/02/cyberlink-powerdvd-120131254-ultra-full.html

Rabu, 02 Mei 2012

Ratu Leak Calonarang Rangda Nateng Girah

A ji Wegig berbicara tentang adat istiadat di Bali dikaitkan dengan arus modernisasi, masih tetap ajeg dan kuat berakar di hati sanubari masyarakat Bali.
Ilmu Hitam yang di kenal dengan istilah “Pengeleakan” di bali, adalah merupakan suatu ilmu yang diturunkan oleh Ida Sang Hyang Widi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) dengan segala manifestasinya dalam fungsinya untuk memprelina (memusnahkan ) manusia di muka bumi.
Ratu Leak Calonarang Rangda Nateng Girah Di Bali Ilmu tersebut dikenal masyarakat luas sejak dulu, ilmu ini memang teramat sadis karena dapat membunuh manusia dalam waktu yang relatif singkat.
Ilmu Leak dapat juga menyebabkan manusia mati secara perlahan yang dapat menimbulkan penderitaan yang hebat dan berkepanjangan.
Dalam masyarakat Bali khususnya yang beragama Hindu dikenal dengan istilah “Rua Bineda” yaitu Rua berarti dua dan Bineda berarti berbeda yang artinya ada dua yang selalu berbeda, seperti adanya siang dan malam, ada suka dan duka, ada hidup dan mati.
Demikian pula dengan ilmu ini ada ilmu yang beraliran kiri disebut Ilmu Hitam atau Ilmu Pengeleakan dan sebagai penangkalnya ada ilmu yang beraliran kanan atau Ilmu Putih.
Ilmu Hitam atau Ilmu Pengeleakan, tergolong “Aji Wegig” yaitu aji berarti ilmu, wegig berarti begig yaitu suatu sifat yang suka menggangu orang lain.
Karena sifatnya negative, maka ilmu ini sering disebut “Ngiwa”.
Ngiwa asal katanya kiwa (Bahasa Bali) artinya kiri.
Ngiwa berarti melakukan perbuatan kiwa alias kiri.
Ilmu leak ini bisa dipelajari pada lontar – lontar yang memuat serangkaian Ilmu Hitam.
Lontar –lontar artinya buku – buku jaman kuno yang terbuat dari daun pohon lontar yang dibuat sedemikian rupa dengan ukuran panjang 30 cm dan lebar 3 cm, diatas lontar diisi tulisan aksara Bali dengan bahasa yang sangat sakral.
Pada jaman Raja Airlangga yang berkuasa di Kerajaan Kediri yaitu pada abad ke-14 ada seorang Ibu yang menguasai Ilmu Pengleakan yang bernama Ibu Calonarang. Pada waktu Ibu Calonarang masih hidup pernah menulis buku lontar Ilmu Pengleakan empat buah yaitu :
Lontar Cambra Berag, Lontar Sampian Emas, Lontar Tanting Emas, Lontar Jung Biru.
Calonarang adalah nama julukan seorang perempuan yang bernama Dayu Datu dari Desa Girah yaitu Desa pesisir termasuk wilayah Kerajaan Kediri.
Calonarang berstatus Janda sehingga sering disebut Rangda Nateng Girah yaitu Rangda artinya Janda atau dalam bahasa Bali disebut balu, Nateng artinya Raja (Penguasa). Girah adalah nama suatu desa. Jadi ‘’Rangda Nateng Girah’’ artinya Janda Penguasa desa Girah.
Calonarang adalah Ratu Leak yang sangat sakti, pada jaman itu bisa membuat wilayah Kerajaan Kediri Gerubug (wabah) yang dapat mematikan rakyatnya dalam waktu singkat, yaitu pada wilayah pesisir termasuk wilayah desa Girah.
Kisah ceritanya adalah sebagai berikut :
Di Kerajaan Kediri pada masa pemerintahan Airlangga yaitu didesa Girah ada sebuah Perguruan Ilmu Hitam atau Ilmu Pengeleakan yang dipimpin oleh seorang janda yang bernama Ibu Calonarang (nama julukan dari Dayu Datu).
Murid – muridnya semua perempuan dan diantaranya ada empat murid yang ilmunya sudah tergolong tingkat senior antara lain : Nyi Larung, Nyi Lenda, Nyi Lendi, Nyi Sedaksa.
Ilmu leak ini ada tingkatan – tingkatannya yaitu :
1. Ilmu Leak Tingkat Bawah yaitu orang yang bisa ngeleak tersebut bisa merubah wujudnya menjadi binatang seperti monyet, anjing, ayam putih, kambing, babi betina (bangkung) dan lain – lain.
2. Ilmu Leak Tingkat Menengah yaitu orang yang bisa ngeleak pada tingkat ini sudah bisa merubah wujudnya menjadi Burung Garuda bisa terbang tinggi, paruh dan cakarnya berbisa, matanya bisa keluar api, juga bisa berubah wujud menjadi Jaka Tungul atau pohon enau tanpa daun yang batangnya bisa mengeluarkan api dan bau busuk yang beracun.
3. Ilmu Leak Tingkat Tinggi yaitu orang yang bisa ngeleak tingkat ini sudah bisa merubah wujudnya menjadi Bade yaitu berupa menara pengusungan jenasah bertingkat dua puluh satu atau tumpang selikur dalam bahasa Bali dan seluruh tubuh menara tersebut berisi api yang menjalar – jalar sehingga apa saja yang kena sasarannya bisa hangus menjadi abu.
Ibu Calonarang Terhina
Ibu Calonarang juga mempunyai anak kandung seorang putri yang bernama Diah Ratna Mengali, berparas cantik jelita, tetapi putrinya tidak ada satupun pemuda yang melamarnya.
Karena Diah Ratna Mangali diduga bisa ngelelak, dengan di dasarkan pada hukum keturunan yaitu kalau Ibunya bisa ngeleak maka anaknyapun mewarisi ilmu leak itu, begitulah pengaduan dari Nyi Larung yaitu salah satu muridnya yang paling dipercaya oleh Ibu Calonarang.
Mendengar pengaduan tersebut, tampak nafas Ibu Calonarang mulai meningkat, pandangan matanya berubah seolah-olah menahan panas hatinya yang membara. Pengaduan tersebut telah membakar darah Ibu Calonarang dan mendidih, terasa muncrat dan tumpah ke otak. Penampilannya yang tadinya tenang, dingin dan sejuk, seketika berubah menjadi panas, gelisah. Kalau diibaratkan Sang Hyang Wisnu berubah menjadi Sang Hyang Brahma, air berubah menjadi api. Tak kuasa Ibu Calonarang menahan amarahnya. Tak kuat tubuhnya yang sudah tua tersebut menahan gempuran fitnah yang telah ditebar oleh masyarakat Kerajaan Kediri.
Ibu Calonarang sangat sedih bercampur berang, sedih karena khawatir putrinya bakal jadi perawan tua, itu berarti keturunannya akan putus dan tidak bisa pula menggendong cucu, berang karena putrinya dituduh bisa ngeleak.
Ibu Calonarang berkata kepada Nyi Larung : “Hai Nyi Larung, penghinaan ini bagaikan air kencing dan kotoran ke wajah dan kepalaku. Aku akan membalas semua ini, rakyat Kediri akan hancur lebur, dan luluh lantak dalam sekejap. Semua orang-orangnya akan mati mendadak. Laki-laki, perempuan, tua muda, semuanya akan menanggung akibat dari fitnah dan penghinaan ini. Kalau tidak tercapai apa yang aku katakan ini, maka lebih baik aku mati, percuma jadi manusia. Kalau Ibu Calonarang ini tidak melakukan balas dendam maka hati ini tidak akan merasa tentram”.
Demikian kata-kata Ibu Calonarang yang sangat mengerikan kalau seandainya hal ini menjadi kenyataan. Nyi Larung kemudian menyahut dan bertanya “Kalau demikian niat Guru, bagaimana kita bisa melakukan hal tersebut”. segera dijawab oleh Ibu Calonarang. “Kau Nyi Larung, ketahuilah, jangan terlalu khawatir akan segala kemampuanku. Aku Ibu Calonarang bukanlah orang sembarangan dan murahan. Kalau tidak yakin dengan diri, maka aku tidak akan sesumbar begitu. Biar mereka tersebut merasakan akibat dari segala perbuatan yang telah mereka lakukan terhadap anakku.
Kau Nyi Larung, Ibu minta agar kau mengumpulkan semua murid-muridku supaya segera masuk ke Pasraman Pengeleakan. “Tunggu sampai tengah malam nanti. Aku akan menurunkan segala ilmu kewisesan yang aku miliki kepada kalian semua. Karena sekarang hari masih terang dan sore, lebih baik engkau semua melakukan pekerjaan seperti biasanya. Aku akan mempersiapkan segala sesuatunya. Nanti malam kita akan berkumpul lagi membicarakan masalah tersebut, dan ingat tidak ada yang boleh tahu mengenai apa yang kita akan lakukan ini, kita akan membuat Kerajaan Kediri gerubung yaitu berupa serangan wabah penyakit yang sulit diobati yang dapat mematikan rakyatnya dalam waktu singkat. Demikian Ibu Calonarang menutup pembicaraannya pada sore hari tersebut, dan semua kembali melakukan kegiatan sebagaimana mestinya.
Gerubug Di Kerajaan Kediri
Diceritakan Rakyat Kerajaan Kediri di siang harinya yang ramai seperti biasanya. Masyarakatnya sebagian besar hidup dari bertani di sawah dengan menanam padi dan palawija. Anak-anak muda semuanya riang gembira bermain sambil mengembalakan sapi dan bebek di sawah. Mereka riang gembira, menemani orang tuanya yang sedang membajak sawah. Ada pula masyarakat yang bekerja sebagai tukang membuat rumah, pondok, bangunan suci seperti pura dan sanggah, atau membuat angkul-angkul atau pintu gerbang, dan lain-lain. Bagi kaum perempuan dan yang bekerja sebagai pedagang dengan menjual kue, nasi, kopi dan ada pula yang menenun kain untuk keperluan sendiri. Ada pula dari golongan pande bekerja khusus membuat perabotan pisau, sabit, parang, cangkul, keris, dan perabotan dari besi lainnya. Bagi yang mempunyai waktu luang yang laki-laki biasanya diisi dengan mengelus-elus ayam aduan, dan bagi yang perempuan digunakan untuk mencari kutu rambut.
Tidak ada terasa hal-hal aneh atau pertanda aneh di siang hari tersebut. Kegiatan masyarakat berlangsung dari pagi sampai sore, bahkan sampai malam hari. Pada malam hari masyarakat yang senang matembang atau bernyanyi melakukan kegiatannya sampai malam. Demikian pula dengan sekaa gong latihan sampai malam di Balai Banjar. Suasananya nyaman, tentram, dan damai sangat terasa ketika itu.
Setelah tengah malam tiba, semua masyarakat telah beristirahat tidur. Suasananya menjadi sangat gelap dan sunyi senyap, ditambah lagi pada hari tersebut adalah hari Kajeng Kliwon. Suatu hari yang dianggap kramat bagi masyarakat. Masyarakat biasanya pantang pergi sampai larut malam pada hari Kajeng Kliwon. Karena hari tersebut dianggap sebagai hari yang angker. Sehingga penduduk tidak ada yang berani keluar sampai larut malam.
Ketika penduduk Rakyat Kediri tertidur lelap di tengah malam, ketika itulah para murid atau sisya Ibu Calonarang yang sudah menjadi leak datang ke Desa-desa wilayah pesisir Kerajaan Kediri. Sinar beraneka warna bertebaran di angkasa. Desa-desa pesisir bagaikan dibakar dari angkasa. Ketika itu, penduduk desa sedang tidur lelap. Kemudian dengan kedatangan pasukan leak tersebut, tiba-tiba saja penduduk desa merasakan udara menjadi panas dan gerah. Angin dingin yang tadinya mendesir sejuk, tiba-tiba hilang dan menjadi panas yang membuat tidur mereka menjadi gelisah. Para anak-anak yang gelisah, dan terdengar tangis para bayi di tengah malam. Lolongan anjing saling bersahutan seketika. Demikian pula suara goak atau burung gagak terdengar di tengah malam. Ketika itu sudah terasa ada yang aneh dan ganjil saat itu. Ditambah lagi dengan adanya bunyi kodok darat yang ramai, padahal ketika itu adalah musim kering. Demikian pula tokek pun ribut saling bersahutan seakan-akan memberitahukan sesuatu kepada penduduk desa. Mendengar dan mengalami suatu yang ganjil tersebut, masyarakat menjadi ketakutan, dan tidak ada yang berani keluar.
Endih atau api jadi-jadian yang berjumlah banyak di angkasa kemudian turun menuju jalan-jalan dan rumah-rumah penduduk desa. Api sebesar sangkar ayam mendarat di perempatan jalan desa, dan diikuti oleh api kecil-kecil warna-warni. Setelah itu para leak yang tadinya terbang berwujud endih, kemudian setelah di bawah berubah wujud menjadi leak beraneka rupa, dan berkeliaran di jalan-jalan desa. Ketika malam itu, ada seorang masyarakat memberanikan diri untuk mengintip dari balik jendela rumahnya. Untuk mengetahui situasi di luar rumah. Namun apa yang dilihatnya? Sangat terkejut orang tersebut menyaksikan kejadian di luar. Orang tersebut, karena saking takutnya, segera ia masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya rapat-rapat, serta segera memohon kehadapan Hyang Maha Kuasa agar diberikan perlindungan. Kemudian orang tersebut mengalami sakit ngeeb atau ketakutan yang berlebihan dan tidak mau bicara.
Para murid atau sisya Ibu Calonarang yang berjumlah tiga puluh empat orang ditambah dengan empat orang muridnya yang sudah senior yaitu Nyi Larung, Nyi Lenda, Nyi Lendi, dan Nyi Sedaksa, semua sudah berada di desa pesisir. Malam yang sangat gelap kemudian ditambah dengan hujan gerimis yang memunculkan bau tanah yang angid, mambuat para leak menjadi semakin bersuka ria. Beberapa bola api bertebaran di angkasa berkejar-kerjaran dan menari-nari. Monyet-monyet besar, anjing bulu kotor, dan babi bertaring panjang berkeliaran di jalan-jalan sepanjang desa wilayah pesisir bercanda bersuka ria. Leak kambing, gegendu kerbau, gegendu jaran tampak jalan-jalan mengitari Kerajaan Kediri. Demikian pula dengan sosok Leak Celuluk yang berkelebat-kelebat dan bersandar di angkul-angkul rumah penduduk. Leak yang berwujud kreb kasa atau kain putih panjang bergulung-gulungan tampak melintang di jalanan. Di perempatan dan pertigaan jalan Desa, sosok Leak berwujud bade atau menara pengusungan mayat sedang menari-nari memenuhi jalanan. Semua leak tersebut menjalankan tugas seperti apa yang diperintahkan oleh gurunya yakni Ibu Calonarang.
Sungguh-sungguh seram memang pada malam itu. Penduduk desa tidak ada yang berani berkutik, apalagi keluar rumah. Para leak di malam itu telah menyebarkan penyakit grubug di desa-desa wilayah pesisir Kerajaan Kediri. Setelah semalaman para leak berpesta pora, maka hari telah menjelang pagi. Tiba saatnya para Leak untuk kembali ke wujud semula. Karena begitulah hukumnya sebagai leak. Waktu mereka adalah di malam hari. Apabila mereka melanggar hukum tersebut maka mereka akan mendapatkan bahaya. Ketika hari menjelang pagi para leak pun kembali ke tempatnya semula, dan pulang ke rumah. Demikian pula dengan Ibu Calonarang beserta Nyi Larung, Nyi Lenda, Nyi Lendi dan Nyi Sedaksa kembali pulang ke rumah setelah pesta pora di malam hari. Sekarang mereka hanya tinggal menunggu hasil dari kerja mereka semalam.
Diceritakan keesokan harinya penduduk desa bangun pagi-pagi. Mereka ramai menceritakan keanehan-keanehan dan keganjilan-keganjilan yang terjadi pada malam harinya. Semuanya menceritakan apa yang mereka rasakan atau apa yang mereka sempat saksikan malam itu dirumah masing-masing. Namun sedang asyiknya mereka bercerita, tiba-tiba saja ada seorang penduduk yang menjerit minta tolong. Orang tersebut mengatakan salah seorang keluarganya tiba-tiba saja sakit perut, muntah-muntah, dan mencret-mencret. Ketika mau memberikan pertolongan kepada penduduk di sebelah Barat tersebut, tiba-tiba saja tetangga di sebelah Timur menjerit minta tolong ada salah seorang keluarganya yang muntah dan mencret. Pagi itu, masyarakat desa menjadi panik. Karena mendadak sebagian penduduk mengalami muntah dan mencret. Bahkan pagi itu, ada beberapa yang telah meninggal. Beberapa lagi belum ada yang sempat diberi obat, tiba-tiba sudah meninggal. Demikian semakin panik masyarakat di desa. Segera saja yang meninggal dikuburkan di setra atau tempat pemakaman mayat, namun ketika pulang dari setra, tiba-tiba saja yang tadinya ikut mengubur menjadi sakit dan meninggal. Demikian seterusnya. Penduduk desa dihantui oleh bahaya maut. Seolah-olah kematian ada di depan hidung mereka. Sungguh mengerikan pemandangan di desa-desa wilayah pesisir Kerajaan Kediri ketika itu. Kerajaan Kediri gempar, sehari-hari orang mengusung mayat kekuburan dalam selisih waktu yang sangat singat.
Menghadapi situasi demikian beberapa penduduk dan prajuru desa mencoba untuk menanyakan kepada para balian atau dukun untuk minta pertolongan. Para balian pun didatangkan ke desa-desa yang kena bencana wabah gerubug. Ternyata mereka juga tidak dapat berbuat banyak menghadapi penyakit gerubug yang dialami penduduk desa. Bahkan, si balian atau dukun yang didatangkan tersebut mengalami mutah berak dan meninggal. Setiap hari kejadian tersebut terus berlangsung. Penduduk desa menjadi bingung dan panik. Ada yang berkehendak untuk mengungsi dan menghindar dari grubug tersebut. Mereka berbondong-bondong meninggalkan desanya. Namun ketika sampai di batas desa, mereka itu mengalami muntah berak dan meninggal seketika. Melihat keadaan seperti itu penduduk yang masih hidup menjadi semakin ketakutan. Ketika malam hari, mereka semua tidak ada yang berani tidur sendirian, dan tidak berani keluar rumah. Lolongan anjing tak henti-hentinya di malam hari. Burung gagak, katak dongkang, semuanya ribut saling bersahutan.
Adanya musibah yang menakutkan bercampur dengan sedih, para penduduk mencoba untuk berpasrah diri dan menyerahkan semuanya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Setiap saat mereka memuja dan memohon kehadapan beliau agar bencana grubug ini segera berakhir, dan semua penduduk yang masih hidup diberkahi keselamatan dan kekuatan. Di samping itu perlindungan-perlindungan magis dipasang di depan pintu masuk pekarangan dan pintu rumah. Sesuai dengan petunjuk orang pintar atau sesuai dengan kebiasaan para tetuanya terdahulu. Penduduk memasang sesikepan atau pelindung magis seperti daun pandan berduri yang ditulisi tapak dara atau tanda palang dari kapur sirih, berisi bawang merah, bawang putih, jangu, juga benang tri datu yaitu benang warna merah, putih, hitam, dan pipis bolong atau uang kepeng. Jadi pada dasarnya semua dilakukan untuk menolak penyakit, dan memohon perlindungan kehadapan Hyang Maha Kuasa.
Setelah berberapa hari mengalami kepanikan, kebingungan dan ketakutan, akhirnya para prajuru desa atau Pengurus Desa, para penglingsir atau tetua, dan para pemangku, mengadakan pertemuan di salah satu Balai Banjar di Desa Girah. Pada intinya mereka membicarakan mengenai masalah atau penyakit gerubug yang menyerang desa-desa pesisir wilayah Kerajaan Kediri. Kalau seandainya masalah ini dibiarkan begitu saja, sudah pasti penduduk desa akan habis semuanya.
Mereka tetap berharap agar semua masyarakat meningkatkan astiti bhaktinya atau pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan agar diberikan keselamatan, kesehatan, perlindungan, dan umur panjang. Disamping itu pula para prajuru desa para penglingsir atau tetua desa beserta dengan para pemangku sepakat untuk melaporkan masalah ini kehadapan Prabu Airlangga Raja Kediri. Mereka berencana memohon kehadapan Raja Airlangga agar beliau berkenan untuk datang ke desa-dewa wilayah pesisir Kerajaan Kediri meninjau rakyatnya yang sedang ditimpa musibah penyakit atau gerubug. Karena beliau sebagai penguasa atau sebagai Raja Kediri berhak tahu dan wajib untuk melindungi rakyatnya dari bencana. Demikian kesepakatan mereka dan merencanakan akan berangkat ke Istana besok pagi.
Ketika para tetua desa dan prajuru disertai dengan para pemangku masih berada di Bale pertemuan, tiba-tiba saja muncul seseorang yang bertubuh tinggi, kepala kribo, berkumis tebal dan brewok. Orang ini berjalan sempoyongan, dengan mata merah, dan bicaranya ngawur. Rupanya orang ini dalam keadaan mabuk. Orang tersebut datang di bale pertemuan dan berkata bahwa anaknya telah meninggal karena muntah mencret. Pemabuk itu kemudian berkata : mana Leak Calonarang yang telah memakan anakku, akan aku santap bola matanya mentah-mentah. Demikian orang tersebut sesumbar dihadapan para sesepuh desa. Ketika setelah mengatakan sesumbar tersebut Si Brewok tiba-tiba saja muntah mencret tak tertahankan, dan akhirnya tewas di tempat.
Setelah beberapa saat Si Brewok tergeletak, kemudian para tetua desa tersebut menjadi teringat dengan kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu ketika di Desa Girah. Mereka baru ingat bahwa Si Brewok inilah yang menjadi biang keladi dari kejadian yang menimpa Diah Ratna Manggali anak Ibu Calonarang. Bersama-sama dengan orang banyak, Si Brewok ini telah membuat fitnah Diah Ratna Mengali bisa ngeleak karena Ibunya Calonarang adalah orang sakti dan bisa ngeleak. Jangan-jangan hal itu yang menjadi penyebab dari penyakit gerubug yang melanda desa-desa pesisir wilayah Kerajaan Kediri sekarang ini. Karena Calonarang merasa tersinggung dan terhina tidak akan tinggal diam. Mungkin saja ia akan membalas dendam sesuai dengan kemampuannya. Apalagi Calonarang adalah seorang yang sangat sakti dan memiliki murid yang sangat banyak. Sehingga dengan ilmu yang dimiliki mereka mencoba untuk menghancurkan desa-desa di Kerajaan Kediri dengan menebar penyakit gerubug. Rupanya mereka yang ada di sana mempunyai pikiran yang sama, dan sepakat untuk segera melaporkan hal tersebut kehadapan Prabu Airlangga Raja Kediri.
Keesokan harinya para prajuru desa beserta rombongan berangkat menuju Istana Kediri. Sangat cepat perjalanan mereka, sehingga tidak diceritakan sampailah rombongan tersebut di bencingah atau alun-alun Istana Raja. Ketika di Istana rombongan tersebut menyaksikan suatu keadaan yang tenang, damai, dan biasa saja, jauh dari kesusahan, kalau dibandingkan dengan apa yang terjadi di desa sekarang ini. Di bencingah puri tampak sekelompok masyarakat yang sedang duduk-duduk di bawah rimbunnya daun beringin yang sangat besar yang tumbuh di becingah, seolah-olah memayungi rakyat Kediri dari terik sinar matahari. Bangsingnya atau akarnya yang menjulur sampai menyentuh tanah seolah-olah menjulurkan tangannya untuk menolong rakyat Kediri yang kesusahan. Mereka seperti biasa yang laki-laki beristirahat, sambil mengecel atau mengelus ayam aduan. Di sampingnya tampak berderet ayam aduan dengan beraneka warna, dan mekruyuk atau berkokok saling bersahutan. Disana, ada pula dagang kopi, dagang kue, dagang nasi, dengan be guling nyodog atau babi guling yang utuh dan diletakkan di atas meja dagangan.
Rombongan tersebut disapa oleh orang-orang yang ada di bencingah. Mereka kemudian segera masuk ke dalam Istana Raja melalui pemedalan atau pintu keluar candi bentar yang megah, disandingkan dengan bale kulkul yang menjulang tinggi, dan bale bengong yang tampak mempesona, membuat mereka menjadi klangen atau kagum. Di hulu sebelah timur laut terdapat pemerajan puri atau tempat suci keluarga Raja yang sangat disucikan.
Mereka kemudian menghadap Prabu Airlangga di Bale penangkilan atau balai penghadapan. Setelah memberikan penghormatan kehadapan Sang Prabu, rombongan tersebut kemudian menjelaskan segala sesuatu maksud dan tujuannya mengahap ke Istana. Dijelaskan pula secara panjang lebar mengenai masalah yang sedang melanda desa-desa pesisir wilayah Kerajaan Kediri. Mereka kemudian memohon agar Sang Prabu berkenan untuk meninjau ke desa-desa. Demikian hatur mereka semua kehadapan Sang Prabu. Kemudian Sang Prabu menjawab dengan kata-kata yang agak berat, dan dengan roma muka yang agak tegang ketika itu.
“Kalau begitu keadaannya, penyebar gerubug di desa-desa wilayah pesisir tidak lain dan tidak bukan adalah Ibu Calonarang. Aku tidak akan meninjau ke desa lagi. Tetapi aku akan segara berupaya untuk menyelesaikan masalah kalian, dan menghadapi Calonarang yang sakti tersebut”.
“Pengerusakan dan penyebaran penyakit di desa-desa oleh Calonarang sebenarnya adalah tantangan langsung bagiku sebagai penguasa di Kerajaan Kediri. Aku akan menghadapi bagaimanapun ririh atau saktinya Calonarang. Calonarang sangat berani kepadaku, dan sangat besar dosanya karena telah membunuh banyak rakyatku yang tidak berdosa. Sangat besar dosanya terhadap kerajaan, sehingga orang tersebut harus mendapatkan ganjaran hukuman yang setimpal”. Demikian sabda Raja Kediri yang menabuh genderang perang terhadap Calonarang.
Sang Prabu juga menyampaikan pesan kepada rombongan Desa Girah sesampai di rumah nanti, beritahukan kepada seluruh rakyatku semuanya. Tenanglah, bersabarlah dan selalulah memuja kebesaran Ida Betara Tri Sakti yang berstana di Pura Kayangan Tiga. Selalulah berjaga-jaga di perbatasan desa sambil menghidupkan api obor sebagai penerangan dan sekaligus mohon perlindungan kehadapan Hyang Betara Brahma. Sebelum itu jangan lupa menghaturkan canang atau sesajen di sanggah atau tempat suci keluarga masing-masing agar para leluhur kita juga ikut membantu melindungi dari bahaya ini. Kemudian mohonlah sesikepan atau sarana magis yang bersarana bawang putih, jangu, benang tri datu, dan pipis bolong, sebagai sarana penolak leak. Demikian perintah dan sekaligus pesan Raja Kediri kepada rakyat beliau yang sedang ditimpa bencana gerubug dan salanjutnya para penghadap tersebut diijinkan untuk pamit kembali pulang. Tidak diceritakan perjalanan mereka, maka sampailah rombongan tersebut di rumah, dan segera memberitahukan apa yang menjadi titah Raja Kediri.
Raja Kediri Murka
Kembali diceritakan Prabu Airlangga Raja Kediri. Sepeninggalan rombongan Desa Girah, maka beliau sendirian duduk termenung di bale penangkilan. Pandangannya menerawang jauh kemana-mana, tangannya dikepalkan, dan tampak gelisah. Duduk bangun, demikianlah Sang Prabu sendirian di Istana. Tampaknya Sang Prabu tak kuasa menahan amarah dan panas hati beliau akibat ulah Calonarang. Sangat menakutkan sekali perangai beliau ketika itu. Diibaratkan macan gading atau harimau kuning yang akan menerkam mangsanya. Tak seorang pun parekan atau punakawan di puri atau istana yang berani menyapa beliau. Istri dan parekan atau punakawan di puri atau istana semuanya terdiam takut melihat gelagat Sang Prabu yang lagi murka. Tidak ada yang berani menghampiri dan menemani beliau ketika itu. Suguhan wedang atau kopi dan juga hidangan yang lainnya tidak disentuh sama sekali. Pikiran beliau hanya tertuju kepada upaya bagaimana mengalahkan Calonarang yang sakti tersebut.
Ketika hari menjelang siang, Sang Prabu belum juga beranjak dari tempat beliau duduk sejak pagi. Kemudian secara tak disangka-sangka datang Ki Patih Madri menghadap Sang Prabu ke Istana. Ia adalah seorang tabeng dada atau pengawal Istana. Ki Patih Madri berperawakan tinggi besar, pintar ilmu silat atau bela diri, dan menguasai beberapa ilmu kanuragan. Ia sangat berpengaruh di kalangan orang-orang di Kerajaan Kediri, namun ia sendiri berpenampilan sangat sederhana, polos, dan sangat setia kepada Istana terutama kehadapan junjungannya yakni Prabu Airlangga Raja Kediri.
Sangat gembira sekali perasaan Sang Prabu ketika Ki Patih Madri muncul di Istana, dan segera Sang Prabu menyuruhnya mendekat untuk diajak bertukar pikiran. Bagaikan diperciki embun pagi yang sejuk perasaan Raja Airlangga ketika Ki Patih Madri datang pada saat yang diperlukan sekali. Sambil menikmati hidangan kopi yang telah disuguhkan, Sang Prabu berkata kepada Ki Patih Madri : “aku hari ini sangat kesal, marah dan bercampur sedih dalam hatiku. Yang menyebabkan adalah ulah onar Calonarang yang telah menebar penyakit gerubug di desa-desa pesisir wilayah Kerajaan Kediri. Banyak rakyatku yang sakit dan meninggal di sana. Ia ingin menghancurkan Kerajaan Kediri, serta menghancurkan kekuasaanku. Sekarang karena kebetulan sekali Patih Madri datang ke Istana, maka aku ingin mendapatkan masukan dari engkau mengenai masalah yang menimpa desa tersebut. Bagaimana caranya menumpas dan melenyapkan Calonarang beserta sisya-sisyanya atau murid-muridnya yang telah berbuat onar tersebut. Sebab kalau tidak ditangani segera, maka rakyat desa Kerajaan Kediri akan habis, bahkan ia akan merencanakan untuk menghancurkan Kerajaan Kediri secara keseluruhan”. Demikian kata pembukuan yang cukup panjang dari Sang Prabu kepada Ki Patih Madri.
Mendengar semua itu, merasa kaget Ki Patih Madri, sebab sebelumnya ia sama sekali tidak mendengar adanya masalah ini. Ki Patih Madri berpikir sejenak, kemudian menjawab apa yang dikatakan Sang Prabu. “Mohon ampun Paduka, tidak patut rasanya hamba sebagai patih yang jugul punggung atau sangat bodoh memberikan masukan kehadapan Paduka. Namun atas titah Paduka, maka hamba akan mencoba untuk ikut urun pendapat mengenai masalah ini.
Namun hamba bagaikan nasikin segara atau membuang garam ke laut begitulah ibaratnya”. Lebih lanjut Ki Patih Madri menyampaikan haturnya kehadapan Sang Prabu “Kalau mendengar tingkah laku Calonarang tersebut, maka inilah yang disebut dalam sastra agama sebagai Atharwa yang artinya melakukan pembunuhan yang sangat kejam terhadap orang lain yang tidak berdosa dengan menggunakan Ilmu Hitam. Mereka telah menebar cetik atau racun niskala di wilayah desa. Ini pula digolongkan sebagai Himsa Karma yakni perbuatan membunuh makhluk lain secara sewenang-wenang. Para pelaku dari semua ini harus dihukum berat dan setimpal”. Demikian hatur Ki Patih Madri kehadapan Sang Prabu. Kemudian Ki Patih Madri menambahkan haturnya sekarang Paduka jangan terlalu bersedih dan khawatir. Hamba akan menjalankan Swadharmaning Kawula (kewajiban sebagai rakyat) bersama dengan rakyat Kediri yang lainnya. Hamba akan mengabdikan jiwa dan raga hamba untuk Kediri. Kita akan gempur Calonarang Rangda Nateng Girah, kita hancurkan antek-antek, dan kita musnahkan Calonarang”. Demikian Ki Patih Madri memompa semangat junjungannya. Sungguh lega hati Sang Prabu mendengar apa yang diucapkan oleh Ki Patih Madri.
Raja Airlangga kemudian membuat keputusan untuk menggempur Calonarang Rangda Nateng Girah, dan mempercayakan kepada Ki Patih Madri sebagai pimpinan penyerangan.
Gugurnya Ki Patih Madri
Diceritakan Ki Patih Madri telah mengumpulkan tokoh masyarakat dan penduduk yang mempunyai ilmu kanuragan atau ilmu kewisesan. Mereka semua dikumpulkan di Istana dan diberikan pengarahan mengenai rencana penyerangan ke tempat Ratu Leak di Desa Girah menggempur Calonarang di malam hari.
Waktu yang ditetapkan untuk penyerangan telah tiba. Menjelang tengah malam mereka berangkat bersama dilengkapi pula dengan senjata tajam, sesikepan, gegemet-gegemet, dan juga sesabukan atau sarana magis pelindung diri.
Karena kesaktian Calonarang, maka serangan dari pihak Kediri yang dipimpin Ki Patih Madri telah diketahui sebelumnya. Sehingga Calonarang memerintahkan kepada seluruh sisya-sisyanya atau murid-muridnya untuk bersiaga di perbatasan Desa Girah. Calonarang beserta sisyanya telah bersiaga menyambut kedatangan para jawara Kediri yang akan menggempurnya. Mereka telah menggelar semua ilmu yang dimiliki dan telah menyengker atau memagari Desa Girah dengan penyengker gaib, sehingga kekuatan musuh tidak dapat menembus pertahanan tersebut.
Pada tengah malam, sampailah Ki Patih Madri dan para jawara Kediri di perbatasan Desa Girah. Mereka langsung menggelar ajian yang mereka miliki dan menyerang musuh yang telah menghadang. Serangan tersebut kemudian dihadang oleh para murid Calonarang yang dipimpin oleh Nyi Larung sehingga terjadilah pertempuran ilmu kanuragan dimalam hari yang sangat dasyat. Bola-bola api beterbangan di antara kedua belah pihak. Taburan cahaya gemerlapan aneka warna di angkasa yang saling berkelebat, berkejar-kejaran, dan saling berbenturan. Langit di Desa Girah pada malam itu bagaikan kejatuhan bintang dari langit yang jumlahnya ribuan. Memang sungguh-sungguh digjaya mereka semua. Tidak beberapa lama pertempuran di malam hari berlangsung, serangan dari para jawara Kediri dapat dipatahkan oleh ketangguhan dari ilmu yang dimiliki oleh murid-murid Calonarang, sedangkan Ki Patih Madri gugur dalam peperangan melawan Nyi Larung dan para jawara Kediri banyak yang tewas. Para jawara Kediri yang masih hidup berhamburan berlari meninggalkan arena pertempuran karena terdesak. Mereka berusaha untuk menyelamatkan diri. Setelah mengalami desakan dari pasukan leak murid-murid Calonarang, maka para jawara Kediri memutuskan untuk berbalik dan kembali ke Istana Kediri, serta melaporkan semuanya kehadapan Prabu Airlangga.
Ratu Leak Calonarang Rangda Nateng Girah Kekalahan pasukan Kediri menyebabkan pasukan leak Calonarang bergembira. Mereka semua tertawa ngakak yang suaranya nyaring dan keras membelah angkasa. Suaranya mengalun, melengking memenuhi angkasa dan berpantulan di antara bukit-bukit. Sehingga terasa mengerikan sekali suasananya pada malam hari tersebut. Mereka semua menari-nari di angkasa, berwujud bola-bola api saling berkejar-kejaran merayakan kemenangannya.
Diceritakan mengenai perjalanan sisa-sisa pasukan Kediri yang kalah perang. Pada pagi hari mereka telah sampai di Istana Kediri. Segera mereka menghadap Sang Prabu dan melaporkan segala sesuatunya. Demikian pula dengan Sang Prabu yang telah menunggu semalaman dengan harap-harap cemas.
Salah seorang dari pasukan Kediri menghaturkan sembah kehadapan Sang Prabu “mohon ampun Paduka, hamba permaklumkan bahwa murid-murid Calonarang benar-benar teguh atau kuat. Pasukan Kediri tidak mampu mengalahkannya dan Ki Patih Madri gugur dalam peperangan dan banyak pasukan yang tewas. Hamba gagal dalam mengemban tugas yang Paduka titahkan. Atas kegagalan tersebut, hamba mohon ampun, dan siap menjalankan hukuman”. Demikian permakluman prajurit Kediri kehadapan Sang Prabu.
Raja Airlangga yang bijaksana kemudian bersabda “ Wahai prajuri Kediri yang gagah berani beserta semua pasukan, kalah menang dalam peperangan sudah menjadi hukumnya. Yang penting sekarang adalah aku minta engkau agar tidak surut kesetiaanmu terhadap Kediri. Teruskanlah kesetiaanmu terhadap Istana, terhadap Kerajaan Kediri. Janganlah berputus asa, karena masih ada waktu dan masih ada cara lain untuk menumpas Calonarang beserta dengan antek-anteknya. Gempur kembali Calonarang. Sang Prabu melanjutkan wejangannya. “Harus kalian ingat mengenai Swadharmaning ring payudhan atau kewajiban dalam pertempuran. Dalam Shanti Parwa disebutkan bahwa apabila mati dalam peperangan, maka darah yang mengalir muncrat akan menghapus segala dosamu. Dan Sang Jiwa atau Sang Atma akan menuju Indraloka. Itulah yang hendaknya diingat dan dijadikan pedoman. Semuanya itu adalah merupakan sebuah pengorbanan yang suci atau yadnya yang digolongkan yadnya utama”. Demikian Sang Prabu memberikan wejangan kepada Prajurit Kediri yang hampir putus asa karena kalah perang.
Mendengar wejangan tersebut, para pasukan Kediri merasakan hidup kembali dan bersemangat. Bagaikan diberikan kekuatan bebayon atau kekuatan tenanga dalam, sehingga semangat pasukan tumbuh kembali. Prajurit kemudian berkata “baiklah tuanku, sangat senang hamba mendegar wejangan tersebut. Sekarang hamba sadar dan yakin akan diri. Hamba akan membela mati-matian dan menyabung nyawa menghadapi Calonarang beserta dengan murid-muridnya”. Pernyataan Prajurit tersebut dibarengi oleh seluruh pasukan, dan disambut hangat oleh Raja Airlangga. “Baiklah kalau begitu, Aku sebagai Raja Kediri sangat menghargai kesetiaamu.
Buku Rahasia Ilmu Pengeleakan Calonarang
Dengan kalahnya Patih Madri melawan Nyi Larung murid Calonarang, maka Raja Kediri sangat panik sehingga Raja Kediri memanggil seorang Bagawanta (Rohaniawan Kerajaan) yaitu Pendeta Kerajaan Kediri yang bernama Empu Bharadah yang ditugaskan oleh Raja untuk mengatasi gerubug (wabah) sebagai ulah onar si Ratu Leak Calonarang.
Empu Bharadah lalu mengatur siasat dengan cara Empu Bahula putra Empu Bharadah di tugaskan untuk mengawini Diah Ratna Mengali agar berhasil mencuri rahasia ilmu pengeleakan milik Janda sakti itu.
Empu Bahula berhasil mencuri buku tersebut berupa lontar yang bertuliskan aksara Bali yang menguraikan tentang teknik – teknik pengeleakan.
Setelah Ibu Calonarang mengetahui bahwa dirinya telah diperdaya oleh Empu Bharadah dengan memanfaatkan putranya Empu Bahula untuk pura–pura kawin dengan putrinya sehingga berhasil mencuri buku ilmu pengeleakan milik Calonarang.
Ibu Calonarang sangat marah dan menantang Empu Bharadah untuk perang tanding pada malam hari di Setra Ganda Mayu yaitu sebuah kuburan yang arealnya sangat luas yang ada di Kerajaan Kediri.
Pertempuran Penguasa Ilmu Hitam dengan Penguasa Ilmu Putih di Setra Ganda Mayu
Dalam perang besar ini Raja Airlangga mengikutkan Pasukan Khusus Balayuda Kediri dalam menghadapi Calonarang dan pasukan leaknya.
Para Pasukan Balayuda Kediri yang terpilih sebanyak dua ratus orang yang dipimpin oleh Ki Kebo Wirang dan Ki Lembu Tal. Semua pasukan ini akan mengawal dan membantu Empu Bharadah dalam menumpas kejahatan yang dilakukan oleh Calonarang dan antek-anteknya.
Segala sesuatu perlengkapan segera dipersiapkan seperti senjata tajam berupa tombak, keris, klewang, dan lain-lain. Demikian pula dengan berbagai sarana pelindung badan yang gaib sebagai sarana penolak atau penempur leak, sarana kekebalan, semuanya diturunkan dari tempatnya yang pingit atau tempat rahasia. Yang tidak kalah pentingnya adalah persiapan mengenai perbekalan makanan dan minuman yang diperlukan selama penyerangan. Ketika semua persiapan dianggap rampung, maka mereka pun istrirahat agar tenaga cukup kuat untuk penyerangan besok. Keesokan harinya perjalanan penyerangan dilakukan, pasukan khusus atau pasukan pilihan dari Kediri yang disebut dengan Pasukan Balayuda dalam penyerangan tersebut mengawal Empu Bharadah. Sedangkan di depan sebagai pemimpin pasukan dipercayakan kepada Ki Kebo Wirang didampingi Ki Lembu Tal.
Tidak diceritakan perjalanan mereka, akhirnya rombongan Empu Bharadah dan pasukan Kediri sampai di pesisir selatan Desa Lembah Wilis. Di sana rombongan tersebut berhenti sejenak untuk beristirahat dalam persiapan untuk menuju ke Desa Girah. Semua pasukan kemudian menuju Setra Ganda Mayu yang berada di Wilayah Desa Girah.
Diceritakan kemudian Ibu Calonarang dirumahnya diiringi oleh para sisyanya semua melakukan penyucian diri dan mengayat atau memuja kehadapan Ida Betari mohon anugrah kesaktian. Mereka memusatkan pikiran dan memanunggalkan bayu atau tenaga, sabda atau suara, dan idep atau pikiran, memuja Ida Betari bersarana sekar manca warna atau bunga warna-warni, dengan disertai asep menyan majegau atau wangi-wangian yang dibakar yang asapnya membubung ke angkasa, seolah-olah menyampaikan niat Ibu Calonarang kehadapan Ida Betari. Semua pekakas dan sarana pengleakan diturunkan dari tempatnya yang pingit atau tempat rahasia, dan masing-masing menggunakannya. Di hadapan mereka juga digelar tetandingan jangkep atau sarana sesajen lengkap sesuai dengan keperluan. Calonarang kemudian mulai memejamkan mata dan memusatkan pikiran. Ia tampak berkomat-kamit mengucapkan mantra sakti memohon anugrah kesaktian dan kesidian kehadapan Hyang Maha Wisesa, dengan harapan Empu Bharadah dan Balayuda Kediri dapat dikalahkan.
Setelah beberapa saat melakukan konsentrasi, maka sampailah pada puncaknya. Raja pengiwa pun telah dibangkitkan dan merasuk ke dalam sukma. Kedigjayaan atau kewisesan telah turun dan masuk ke dalam jiwa raga. Calonarang kemudian bangkit dan berkata kepada semua sisyanya “para sisyaku semuanya, permohonan kita kehadapan Hyang Betari telah terkabulkan dan telah mencapai puncaknya. Kesaktian telah kita bangkitkan semuanya, dan telah merasuk ke dalam jiwa dan raga. Kini saatnya kita bertarung menghadapi Empu Bharadah dan Balayuda Kediri. Kita akan pertahankan harga diri kita. Mampuskan semua orang-orang Kediri yang datang ke sini menyerang. Demikian perintah Calonarang kepada seluruh sisyanya. Suaranya ketika itu telah berubah menjadi besar dan menggema, dan bukan merupakan suaranya yang biasa. Kemudian Calonarangpun tertawa ngakak, dan terdengar menakutkan.
Semua sisya Calonarang telah nyuti rupa atau berubah wujud dan siap menyerang. Ada wujud bojog atau monyet yang siap menggigit, ada kambing siap nyenggot atau menanduk, ada sapi dan kuda yang siap ngajet atau menendang, ada kain kasa atau kain putih panjang yang siap menggulung dan membakar, ada bade atau menara pengusungan mayat yang siap membakar, ada babi bertaring panjang yang siap ngelumbih atau membanting dengan kepala, ada awak belig atau badan licin yang mukanya seperti umah tabuan atau sarang tawon. Ada pula api bergulung-gulung yang siap membakar siapa saja yang menghadang. Semua pasukan leak kemudian keluar dari rumah Calonarang dalam rupa bola api beterbangan, kemudian menuju ke Setra Ganda Mayu tempat perjanjian pertempuran dengan Empu Bharadah dan pasukan Balayuda Kediri.
Melihat pasukan leak dengan beraneka rupa datang, pasukan Kediri menjadi kaget dan was-was dan ada yang ketakutan. Semuanya bersiap-siap dan merapatkan diri. Demikian pula dengan Ki Kebo Wirang dan Ki Lembu Tal, mereka berdua sangat waspada serta selalu berada di dekat Empu Bharadah untuk mengawalnya.
Empu Bharadah tidak sedikitpun gentar melihat kawanan leak tersebut, bahkan semangat untuk bertempur semakin membara. Sambil juga Empu Bharadah mengucap mantra sakti Pasupati. Dilengkapi pula dengan sarana sesikepan, sesabukan, rerajahan kain, dan pripian tembaga wasa atau lempengan tembaga. Sangat ampuh mantra sakti Pasupati tersebut. Empu Bharadah membawa pusaka sakti berupa sebuah keris yang bernama Kris Jaga Satru.
Ibu Calonarang Tewas
Pertarunganpun terjadi dengan sangat seram dan dahsyat antara penguasa ilmu hitam yaitu Calonarang dibantu para sisya atau murid-muridnya dengan penguasa ilmu putih yaitu Empu Bharadah dibantu Pasukan Balayuda Kediri, di Setra Ganda Mayu.
Pertempuran berlangsung sangat lama sehingga sampai pagi, dan karena ilmu hitam mempunyai kekuatan hanya pada malam hari saja, maka setelah siang hari Ibu Calonarang akhirnya tidak kuat melawan Empu Bharadah
Calonarang terdesak dan sisyanya banyak yang tewas dalam pertempuran melawan Empu Bharadah dan Pasukan Balayuda Kediri. Mengetahui dirinya terdesak, Calonarang seperti biasa segera menggelar kesaktian pengiwanya. Ia segera berubah wujud menjadi seekor burung garuda berbulu emas, melesat ke udara, dan bersembunyi di balik awan. Ketika itu, Empu Bharadah segera masuk ke dalam rumah Calonarang . Didapatinya rumah Calonarang telah kosong, tak ada siapa-siapa. Pasukan Balayuda Kediri mengurung rumah Calonarang.
Empu Bharadah kemudian berteriak : “Hai kau Calonarang pengecut, di mana gerangan engkau bersembunyi. Sudah berwujud apa engkau sekarang, aku akan hadapi. Aku menantangmu, ayolah segera tunjukkan batang hidungmu”. Setelah berkata demikian, tiba-tiba ada jawaban dari angkasa. Rupanya Calonarang sudah bersembunyi dari tadi, tanpa sepengetahuan pasukan Kediri. Calonarang berkata : “Hai kau Empu Bharadah, dimana bersembunyi rajamu. Mendengar ejekan si garuda tersebut dari udara membuat Empu Bharadah menjadi naik darah. Segera Empu Bharadah memerintahkan kepada Ki Kebo Wirang untuk membidikan senjata tersebut ke arah si Garuda Calonarang. Namun ketika itu, Ki Kebo Wirang menjadi kebingungan karena musuh yang akan dibidik tidak kelihatan. Hanya suaranya saja yang berkoar-koar. Ditambah lagi dengan adanya kilat dan guntur yang menggelegar di angkasa. Semakin menyulitkan untuk membidik si Garuda Calonarang.
Menghadapi situasi demikian, Empu Bharadah mencoba untuk memikirkan sebuah daya upaya. Empu Bharadah kemudian memerintahkan kepada Ki Lembu Tal sebagai umpan, agar si garuda mau keluar dari persembunyiannya. Ki Lembu Tal mencoba untuk mencari tempat yang agak terbuka. Mereka menari-nari sambil mengibas-ngibaskan senjatanya ke udara sebagai pertanda menantang. Ki Lembu Tal mengejek si garuda : “Hai engkau Calonarang, kenapa engkau bersembunyi. Ayo turun, akan aku potong lehermu, akan aku cincang engkau, bila perlu aku jadikan burung garuda panggang. Hai kau Calonarang, kalau memang engkau sakti mengapa engkau bersembunyi di tempat yang tinggi begitu. Kalau engkau mau, kau boleh hisap pantatku”. Demikian ejekan Ki Lembu Tal yang tidak senonoh, sambil membuka kainnya dan memperlihatkan pantatnya ke arah datangnya suara Calonarang.
Mendengar dan melihat ejekan Ki Lembu Tal, menyebabkan Calonarang menjadi naik darah, dan segera keluar dari persembunyiannya. Si garuda Calonarang dengan secepat kilat terbang dan menyambar Ki Lembu Tal. Pada saat si garuda terbang menyambar Ki Lembu Tal, ketika itu pula Empu Bharadah membidikkan senjata pusaka Jaga Satru dan menembakkannya ke arah sang garuda. Si garuda jelmaan Calonarang tersebut terkena tembakan senjata Jaga Satru dan jatuh tersungkur ke tanah. Segera si garuda mengambil wujud kembali menjadi manusia sosok Calonarang. Ratu Leak Calonarang yang sakti mandraguna tidak berdaya dengan kesaktian senjata pusaka Jaga Satru Empu Bharadah. Semua pasukan Balayuda Kediri segera mendekati Calonarang yang tidak berdaya dan kemudian Calonarang menghembuskan nafas terakhir di Setra Ganda Mayu.
Dengan meninggalnya Ibu Calonarang maka bencana gerubug (wabah) yang melanda Kerajaan Kediri bisa teratasi.
Calonarang Rangda Nateng Girah yang mewariskan Ilmu Pengeleakan Aji Wegig sampai sekarang masih berkembang di Bali, karena masih ada generasi penerusnya sebagai pewaris pelestarian budaya di Bali.
from Paris Sweet Home


http://yanuar.wordpress.com/2007/10/08/ratu-leak-calonarang-rangda-nateng-girah/

Senin, 19 Maret 2012

Kata-kata Sepele Yg Ga Boleh Diucapkan Pada Anak Kecil

Berikut ini ada Beberapa larangan yang tidak boleh kamu ucapkan kepada buah hati kamu diantaranya sebagai berikut.

[imagetag]

Memiliki dan membesarkan sang buah hati punya seni tersendiri. Apalagi, kata para pemerhati anak, tidak ada sekolah khusus untuk menjadi orang tua. Tak jarang, kita terlalu yakin mampu membesarkan buah hati dengan cara sendiri. Ternyata, tidak semudah itu. Berawal dari komunikasi sehari-hari, perkembangan anak pun bisa saja terganggu. Nah, bapak dan ibu, ada kata-kata yang sebaiknya tidak kamu lontarkan untuk buah hati tercinta.
Apa itu?

''Pergi sana! Bapak Mau Sendiri!''
Ketika kamu kerap melontarkan kata-kata ini pada anak, Suzette Haden Elgin, pendiri Ozark Center, mengatakan anak-anak akan berpikir tidak ada gunanya berbicara dengan orang tuanya karena mereka selalu diusir. ''Jika kamu terbiasa mengatakan hal-hal itu pada anak-anak sejak mereka kecil, biasanya mereka akan mengatakan hal serupa ketika dewasa.''

''Kamu Itu...''
Pelabelan pada anak adalah cara pintas untuk mengubah anak-anak. Jika seorang ibu mengatakan, ''Anak saya memang pemalu'', maka anak akan menelan begitu saja label itu tanpa bertanya apa pun. Apalagi, bila kita memberikan label buruk pada anak-anak, itulah yang akan melekat dalam benak mereka. Seumur hidup.

''Jangan Nangis''
Atau, kata-kata serupa seperti, ''Jangan cengeng'' atau ''Nangis melulu''. Padahal, untuk anak-anak yang belum dapat mengekspresikan emosi lewat kata-kata, mereka hanya dapat menyalurkannya dengan cara menangis. Adalah wajar, bila anak-anak merasa sedih atau ketakutan. ''Sebenarnya, wajar saja bila ortu ingin melindungi anak mereka dari perasaan-perasaan itu. Tapi, dengan mengatakan ''jangan'' tidak berarti anak-anak akan lebih baik. ''Ini juga akan memberikan kesan bahwa emosi mereka tidak benar, bahwa tidak baik untuk merasa takut atau sedih,'' ujar Debbie Glasser, direktur Family Support Services.
Lebih baik, katakan pada anak bahwa kamu memahami perasaan sedih yang dia alami. ''Ibu paham kamu takut dengan ombak. Ibu janji tidak akan melepaskan tanganmu lagi, Nak...''

''Kenapa kamu tidak bisa seperti saudaramu?''
''Lihat tuh, Doni rapi banget mengancing bajunya. Kok kamu tidak bisa?''
Para pakar menilai wajar orang tua membandingkan anak-anaknya. Ini akan menjadi referensi terhadap perkembangan anak-anak. Namun, tolong, jangan katakan ini di depan anak-anak. Ini karena tiap anak adalah individu yang berbeda. Mereka punya kepribadian tersendiri. Membandingkan anak dengan orang lain berarti kamu menginginkan anak kamu menjadi orang yang berbeda.

Semoga beberapa referensi kata-kata diatas bisa di jadikan untuk pedoman atau pegangan, salam.


http://dranak.blogspot.com

Komite III Dukung Usul Inisiatif RUU Keperawatan

Jakarta, dpd.go.id – TERKAIT rencana usul inisiatif DPD RI tahun 2012 tentang RUU Keperawatan, Tim Kerja bidang kesehatan Komite III DPD RI menggelar rapat untuk pembahasan awal mengenai RUU Keperawatan di Ruang Rapat DPD RI, Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Selasa (17/01/2012).

Menurut Anggota DPD RI asal NTT, Carolina Nubatonis, RUU Keperawatan sangat penting untuk diwujudkan menimbang bahwa perawat merupakan tulang punggung atau motor dari kesehatan, dan sangatlah wajar jika para perawat juga memiliki payung hukum untuk melindungi hak-hak para perawat, “pantaslah jika DPD mengambil inisiatif untuk membuat RUU tentang keperawatan karena memang sangat manusiawi, sangat relevan dan sangat dibutuhkan,” jelas Carolina.

Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar, (Anggota DPD asal Sulawesi Selatan), mengingatkan perlunya staf ahli untuk membantu dan mendampingi dalam proses terwujudnya usul hak inisiatif RUU Keperawatan, “yang perlu dipikirkan adalah langkah-langkah secara sitematis terprogram yang harus kita lakukan sampai terbentuknya naskah akademik dan naskah RUU versi kita,” tambah Aziz.

Sebagai pemimpin rapat, Syibli Sahabuddin (Anggota DPD asal Sulawesi Barat) menegaskan bahwa RUU inisiatif Komite III sudah merupakan hal yang final, maka untuk rapat selanjutnya diharapkan adanya brainstorming untuk mengangkat isu-isu kesehatan yang akan menjadi acuan sidang pleno pengawasan Komite III yang akan diadakan pada Selasa minggu depan.

Selain memutuskan jadwal rapat selanjutnya untuk penetapan staf ahli dan narasumber, rapat timja juga memutuskan Carolina Nubatonis sebagai koordinator Timja bidang kesehatan.
diambil dari : http://dpd.go.id/2012/01/komite-iii-dukung-usul-inisiatif-ruu-keperawatan/

Kamis, 16 Februari 2012

PROTAP DAN SOP PERAWATAN LUKA BAKAR DI PUSKESMAS

PROTAP DAN SOP PERAWATAN LUKA BAKAR DI PUSKESMAS


I.        PENGERTIAN
      Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation).

II.      SASARAN
      Klien dengan luka bakar.

III.    TUJUAN
A.      Mencegah infeksi pada luka bakar.
B.     Mempercepat penyembuhan pada luka bakar.
C.     Mencegah kecacatan pasca luka bakar.

IV.    TENAGA
1 orang Dokter Umum dan 2 orang Perawat.

V.      STANDART SARANA

A.      Sarana Non Medis :
§         Ruangan dengan ukuran 4 X 6 m :  1 buah
§         Bed tindakan : 1 buah
§    Brancart  : 1 buah            
§         Kursi roda : 1 buah
§         Foot step : 1 buah
§         Meja instrument : 1 buah
§         Lemari alkes : 1 buah
§         Status klien : 1 buah 
§         Informed consent : 1 buah
§         Scort : 3 buah
§         Tempat sampat tertutup non medis : 1 buah
§         Lembar rujukan : 1 buah
§         Alat tulis : 1 buah
§         Tempat cuci tangan dengan air mengalir : 1 buah
§         Sabun cair 60 ml : 1 buah   
§         Handuk kecil : 2 buah
§         Sikat tangan halus : 1 buah
§         Lembar resep    : 1 bendel
§         Tirai/sketsel       : 1 buah    
§         Selimut : 1 buah
§         Lampu tindakan : 1 buah
§         Buku register klien rawat jalan : 1 buah

B.     Sarana Medis          :
1.      Bak instrument yang berisi :
§        Pinset anatomis : 1 buah
§        Pinset chirurgis : 2 buah
§        Gunting lancip :  2 buah
§        Kasa steril    :  5 buah
§        Kom :  2 buah                                                      
2.      Peralatan lain terdiri dari :
§         Spuit 5 cc atau 10 cc : 3 buah                                                      
§         Sarung tangan : 3 pasang   
§         Gunting plester : 1 buah
§         Plester atau perekat : 2 buah
§         Desinfektant : 1 buah
§         NaCl 0,9%, RL, NS, D5 : 3 buah
§         Infus set : 1 buah
§         Bengkok : 2 buah
§         Perban 10 cm dan 15 cm : 2 rol
§         Tensi meter : 1 buah
§         Stetoskop : 1 buah
§         Tabung O2 dan regulator : 1 buah
§         Sterilisator : 1 buah
§         Masker : 3 buah
3.      Obat – obatan   :
§         Antibiotika
§         Analgetik
§         Krim antibiotik         

VI.    PROSEDUR TETAP

1.      Persiapan pelayanan
2.      Anamnesa
3.      Langkah – langkah pertolongan
4.      Penegakan diagnosa
5.      Penatalaksanaan
6.      Penyuluhan
7.      Follow up

VII.  CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

A.      PERSIAPAN PELAYANAN
1.      Ruangan dibersihkan dan dirapikan.
2.      Alat – alat medis disiapkan dan alat – alat non medis dirapikan.
3.      Petugas cuci tangan, sesuai dengan SOP.
4.      Memakai scort, masker dan handschoen sesuai dengan SOP.

B.     ANAMNESA
   (jika klien tidak sadar, dilakukan heteroanamnesa)
1.      Klien datang, petugas memberi salam, dan menatap muka klien.
2.      Mempersilakan masuk dan duduk, kemudian menanyakan semua pertanyaan dengan sabar dan lembut.
3.   Menanyakan identitas : Siapa namanya? Berapa umurnya? Dimana alamatnya? Apa pekerjaannya? Apa pendidikan terakhir ?
4.      Menanyakan keluhan utama :
a.      Apa yang dirasakan sekarang? Menanyakan luka bakar karena apa? Sudah berapa lama?
b.      Keluhan lain yang dirasakan klien apa?
c.      Pemeriksa memberikan kesempatan klien untuk menjawab pertanyaan dengan tenang tanpa ada paksaan.
5.   Bila kondisi klien tidak sadar, kita lakukan anamnesa secara singkat kepada keluarga atau pengantar mengenai kejadian yang dialami pasien :
a.      Nama pasien ?
b.      Sudah berapa lama tidak sadar ?
c.      Tindakan apa yang sudah dilakukan terhadap pasien ?
6.      Bila pasien mengalami kegawatdaruratan yang harus ditangani segera, maka anamnesa kita lakukan setelah pasien stabil, atau bila memungkinkan kita lakukan anamnesa  sambil kita memberikan pertolongan kepada pasien.
Tanda-tanda kegawatdaruratan :
a.      Adanya sumbatan jalan nafas.
b.      Adanya henti nafas.
c.      Adanya henti jantung.
d.      Adanya perdarahan.

C.     LANGKAH-LANGKAH PERTOLONGAN
1.      Sebelum memulai resusitasi, tindakan pertama adalah menentukan ketidaksadaran pasien, dengan menilai respon pasien secara cepat dengan metode AVPU.
           A – alert ( sadar penuh )
           V – menjawab rangsang verbal ( bicara )
           P – bereaksi atas rangsang nyeri ( pain )
           U – tidak memberi reaksi ( unresponsive )
Caranya adalah dengan kita tepuk atau cubit pasien sambil kita bertanya dengan suara keras misal, “Pak / Bu…namanya siapa ?”
Apabila pasien tidak ada respon segera kita lakukan   resusitasi dengan urutan sebagai berikut : Airway, Breathing, Circulation         ( lihat SOP Resusitasi )
2.      Pemeriksaan vital sign meliputi nadi, tensi, respirasi ( lihat SOP Vital sign ).
3.      Inspeksi  : melihat luas luka bakar, keadaan luka : bersih, kotor, bula ada atau tidak.
4.      Palpasi   : menghitung berapa persen luas luka bakar, memeriksa jaringan nekrotik.

D.     PENEGAKAN DIAGNOSA
Penegakan diagnosa dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap luka bakar klien meliputi luas luka bakar, kedalaman luka bakar, lokasi luka bakar, dan penyebab luka bakar.


Deskripsi dari klasifikasi luka bakar .
KLASIFIKASI BARU
KLASIFIKASI TRADISIONAL
KEDALAMAN LUKA BAKAR
BENTUK KLINIS
Luka bakar superfisial
Derajat 1
Lapisan Epidermis
Erythema( kemerahan ), Rasa sakit seperti tersengat, blisters( Gelembung cairan )
Partial thickness — superficial
Derajat 2
Epidermis Superficial (Lapisan papillary) dermis
Blisters ( Gelembung cairan ), Cairan bening ketika gelembung dipecah, dan rasa sakit nyeri
Partial thickness — deep
Deep (reticular) dermis
Sampai pada lapisan berwarna putih, Tidak terlalu sakit seperti superficial derajat 2. sulit dibedakan dari full thickness

Full thickness
Derajat 3 atau 4
Dermis dan struktuir tubuh dibawah dermis Fascia,Tulang, or Otot
Berat, adanya eschar seperti kulit yang melelh, cairan berwarna , tidak didapatkan sensasi rasa sakit


Sedangkan untuk menentukan luas luka bakar dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan metode rule of nine

RULE OF NINES
AREA LUKA BAKAR
PERSENTASE
(DALAM %)
Seluruh kepala (muka dan belakang) dan leher
9
Dada
9
Perut
9
Ekstremitas atas (kiri dan kanan)
2 x 9
Punggung dan bokong
2 x 9
Paha dan betis (kiri dan kanan)
4 x 9
Perineum dan genitalia
1
 Total
100


E.     PENATALAKSANAAN

      Prinsip penatalaksanaan luka bakar adalah :

1. Langkah – langkah perawatan luka bakar Derajat I adalah sebagai berikut :
a.      Memberikan salam kepada klien dengan nada lembut dan senyum serta menanyakan luka bakar di bagian tubuh sebelah mana.
b.      Menjelaskan tujuan  perawatan luka bakar untuk mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan luka serta mencegah kecacatan.
c.      Menanyakan kepada klien apakah ada yang belum di mengerti mengenai perawatan luka bakar dan menanyakan kesiapan klien untuk dilakukan tindakan luka bakar ,jika klien siap maka dilanjutkan penandatanganan informed consent.
d.      Mengatur posisi klien di bed tindakan supaya  luka dapat terlihat jelas dan mudah dilakukan perawatan luka oleh pemeriksa, misalnya apabila luka ada di tubuh sebelah kiri maka tubuh klien miring ke kanan dan begitu juga sebaliknya dan posisi luka menghadap ke atas.
e.      Membuka peralatan medis dan meletakkan di samping kiri klien.
f.        Bila luka bakar tertutup pakaian maka minta ijin untuk membuka pakaian supaya luka terlihat jelas dan membuka pakaian dengan hati-hati, bila sulit basahi dengan NaCl 0,9%.
g.      Membersihkan luka bakar  dengan cara mengirigasi yaitu dengan cara mengaliri bagian luka menggunakan NaCl 0,9% dengan meletakan bengkok di bawah luka terlebih dahulu.
h.      Melakukan debridement bila terdapat jaringan nekrotik dengan cara memotong bagian nekrotik dengan mengangkat jaringan nekrotik menggunakan pinset chirurgis dan  digunting dengan  gunting chirurgis mulai dari bagian yang tipis menuju ke bagian tebal , dan   bila ada bula dipecah dengan cara ditusuk dengan jarum spuit steril sejajar dengan  permukaan kulit dibagian pinggir bula kemudian dilakukan pemotongan kulit bula dimulai dari pinggir dengan menggunakan gunting dan pinset chirugis.
i.         Mengeringkan luka dengan  cara mengambil kasa steril dengan pinset anatomis lalu kasa steril ditekankan pelan-pelan sehingga luka benar-benar dalam kondisi kering.
j.         Memberikan obat topical (silver sulfadiazin) sesuai luas luka dengan menggunakan dua jari  yang telah diolesi obat tersebut.
k.       Menutup luka dengan kasa steril.
l.         Memasang  plester dengan digunting sesuai ukuran dan ditempelkan di atas kasa steril.
m.    Menjelaskan bahwa perawatan luka telah selesai.
n.      Membersihkan alat  medis ( lihat SOP Sterilisasi).
o.      Membersihkan sampah medis (lihat SOP Membuang Sampah Medis).
p.      Membersihkan ruangan.

2. Langkah – langkah perawatan luka bakar Derajat II – III adalah memberikan tindakan resusitasi cairan :
a.      Pada orang dewasa, dengan luka bakar tingkat II-III 20 % atau lebih sudah ada indikasi untuk pemberian infus karena kemungkinan timbulnya syok. Sedangkan pada orang tua dan anak-anak batasnya 15%.
b.      Formula yang dipakai untuk pemberian cairan adalah formula menurut Baxter. Formula Baxter terhitung dari saat kejadian (orang dewasa) :
1).    8 jam pertama ½ (4cc x KgBB x % luas luka bakar) Ringer Laktat.
2).    16 jam berikutnya ½ (4cc x KgBB x % luas luka bakar) Ringer Laktat ditambah 500-1000cc koloid.
c.      Modifikasi Formula Baxter untuk anak-anak adalah:
1).    Replacement                 : 2cc/ KgBB/ % luas luka bakar
2).    Kebutuhan faali              : Umur sampai 1 tahun 100cc/ KgBB  
            Umur 1-5 tahun  75cc/ KgBB                 
            Umur 5-15 tahun 50cc/ Kg BB        
d.      Sesuai dengan anjuran Moncrief maka 17/20 bagian dari total cairan diberikan dalam bentuk larutan Ringer Laktat dan 3/20 bagian diberikan dalam bentuk koloid. Ringer laktat dan koloid diberikan bersama dalam botol yang sama. Dalam 8 jam pertama diberikan ½ jumlah total cairan dan dalam 16 jam berikutrnya diberikan ½ jumlah total cairan.

3.  Bila luka bakar Derajat  II dalam, III atau lebih dari 25 % pasien dirujuk ke Rumah Sakit.

4.   Pengobatan
a.Suntikan ATS pada pasien
1).    ATS 1 x 100.000 unit untuk BB > 50 kg (test dulu) atau ATS 1 x 60.000 unit untuk BB 50 kg (test dulu).
2).    Membaca hasil test           :
§        Bila hasil test negatif berikan 50.000 unit IV dan 50.000 unit IM (BB : 50 kg).
§        Bila hasil test negatif berikan 30.000 unit IV dan 30.000 unit IM (BB : 50 kg).
§        Bila hasil test positif, lakukan bedreska dengan cara sbb :
ü      Ambil ATS 0,1 ml
ü      Lengan setengah bagian voler direnggangkan, kemudian disuntikkan ATS subcutan, tunggu 30 menit
ü      Baca hasil test ; bila ada indurasi maka test positif
ü      ATS 0,1 ml + 0,5 NaCl masuk secara SC perlahan – lahan
ü      Setelah 30 menit, ATS 0,5 ml + 0,5 NaCl masuk secara SC perlahan – lahan
ü      Setelah 30 menit, ATS dimasukkan semua secara IM perlahan – lahan.
§        Jika telah mendapat imunisasi toksoid tetanus (TT) maka hanya diberikan 1 dosis boster 0,5 ml secara IM.
b.Antibiotik diberikan selama 5 hari : ( amoxicilin 500 mg atau ciprofloxacin 500 mg )
Dosis :  Dewasa 250 mg – 500 mg 3 x 1 tab
         Anak – anak 20 mg/Kg BB/Hari
c.Diberikan analgesik : ( parasetamol atau antalgin atau asam mefenamat )
Dosis :  Dewasa 250 mg – 500 mg 3 x 1
Anak – anak 3 x  ¼ tab (parasetamol 10 mg/kg/BB)
d.Krim antibiotik gentamisin 0,1 % krim dioleskan pada bagian yang luka

F.      PENYULUHAN
1        Memberitahu klien untuk menghubungi petugas kesehatan/puskesmas bila ada nyeri tiba – tiba atau menetap, demam atau menggigil, luka keluar nanah, pembengkakan cepat, bau tidak sedap atau kemerahan.
2        Memberitahu klien untuk kontrol 3 hari lagi.
3        Memberitahu klien jangan lupa minum obat sesuai dengan aturannya.
4        Menjelaskan pada klien agar banyak mengkonsumsi makanan yang banyak protein.

G.    FOLLOW UP
1.      Mengontrol luka setiap 3 hari sekali kecuali jika luka infeksi kontrol setiap hari.
2.      Mengevaluasi apakah ada gangguan dalam penyembuhan dan pergerakan otot atau sendi.
3.      Mencatat hasil kegiatan pada status klien.

Lampiran

SOP Pemakaian Handscoen / Sarung Tangan

a.      Mengambil sarung tangan steril dengan menggunakan tangan dominan.
b.      Menerima sarung tangan kiri dengan memegang bagian dalam dari sarung tangan yang terlipat dari lipatannya.
c.      Mengecek adanya kebocoran sarung tangan dengan cara membuka hanscoen. Jika terdapat lubang atau terasa adanya udara keluar dari hanscoen (bocor) maka handscoen dibuang. Jika tidak ada kebocoran, letakkan sarung tangan kiri di tempat yang steril. Memegang sarung tangan dengan tangan kiri pada bagian dalam sarung tangan, masukkan jari-jari perlahan sampai semua jari pas pada bagiannya, lalu dengan tangan kiri tetap memegang bagian dalam sarung tangan ke dalam hingga sarung tangan terpakai dengan sempurna.
d.      Begitu juga sebaliknya pada saat memakai sarung tangan kiri.




SOP Pemakaian Scort

a.      Mengambil scort dari tempatnya.
b.      Membuka scort dengan tangan kanan bagian dalam (jangan menyentuh bagian luar).
c.      Memasukkan tangan kanan ke lubang lengan tangan kanan, begitu sebaliknya untuk tangan kiri.
d.      Meminta tolong kepada asisten untuk mengikatkan tali scort di belakang punggung.



SOP RESUSITASI


A ( Airway ) / JALAN NAFAS
1.     Lihat, Dengar, Raba ( Look, Listen, Feel )
     SOP :
a.        Mengambil posisi di sebelah kanan brancart pasien.
b.        Membungkukkan badan dengan wajah kita menghadap ke arah dada pasien sambil melihat ( Look ) :
1)     pergerakan dinding dada
2)     kesimetrisan naik turunnya dinding dada, dengan membandingkan pergerakan dinding dada kanan dan kiri pada saat inspirasi
3)     frekwensi cepat / pelan
4)     nafas dalam / dangkal
5)     nafas sesak / longgar
6)     nafas pendek / panjang
7)     pernafasan cuping hidung ada / tidak
8)     nafas dengan otot-otot bantu nafas ditandai dengan adanya retraksi dinding dada
c.        Telinga kita dekatkan dengan hidung dan mulut pasien untuk mendengarkan
1)     suara nafas pasien
2)     suara tambahan, wheezing, rhonki
3)     batuk-batuk
d.        Rasakan hembusan udara di pipi pada saat pasien mengeluarkan nafas, baik dari hidung ataupun mulut, bila perlu dekatkan jari kita didepan hidung pasien dan rasakan adanya hembusan nafas.
e.        Apabila tidak terdengar suara nafas ataupun hembusan nafas, maka kemungkinan pasien mengalami sumbatan pada jalan nafasnya dan harus segera bebaskan jalan nafas pasien.
f.          Bebaskan jalan nafas dengan :

-  CHIN LIFT-HEAD TILT adalah sebagai berikut :
1)      Posisikan pasien dalam keadaan terletang, letakkan satu tangan di dahi dan letakkan ujung jari yang lain di bawah daerah tulang pada bagian tengah rahang bawah pasien
2)      Tengadahkan kepala dengan menekan perlahan dahi pasien
3)      Gunakan ujung jari untuk mengangkat dagu dan menyokong rahang bagian bawah. Jangan menekan jaringan lunak di bawah rahang karena dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas
4)      Usahakan mulut untuk tidak menutup. Untuk mendapatkan pembukaan mulut yang adekuat, gunakan ibu jari untuk menahan dagu supaya bibir bawah pasien tertarik ke belakang.
5)      Tidak disarankan bila curiga ada patah tulang leher

-  JAW THRUST pada pasien dengan curiga cedera leher :
1)      Ambil posisi di atas kepala pasien, letakkan lengan sejajar dengan permukaan pasien berbaring
2)      Pertahankan dengan hati-hati agar posisi kepala, leher dan tulang belakang tetap satu garis
3)      Perlahan letakkan tangan pada masing-masing sisi rahang bawah pasien, pada sudut rahang di bawah telinga
4)      Stabilkan kepala pasien dengan lengan bawah anda
5)      Dengan menggunakan jari telunjuk, dorong sudut rahang bawah pasien ke arah atas dan depan
6)      Bila perlu dengan menggunakan ibu jari kita dorong bibir bawah sedikit ke depan untuk mempertahankan mulut tetap terbuka
7)      Jangan mendongakkan atau memutar kepala pasien

2.     Bersihkan jalan nafas dengan cara cross finger atau bila perlu lakukan penghisapan (suction).
SOP Cross finger  (sapuan dengan jari) 
1)         Posisikan kepala pasien miring kurang lebih 45 derajat ke arah kita
2)         Silangkan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang sama dengan arah berlawanan letakkan pada gigi bagian atas dan bawah di sudut mulut pasien.
3)         Lebarkan/jauhkan jari untuk membuka rahang pasien
4)         Usap keluar bila terdapat sisa muntah, darah, gigi, atau benda asing lainnya yang menyumbat jalan nafas dengan cara melakukan usapan memutar searah jarum jam kearah luar
5)         Hati-hati jangan sampai mendorong benda asing (sisa makanan, gigi palsu) masuk lebih jauh ke jalan nafas


SOP Suction / Penghisapan :
1)         Petugas memakai alat pelindung (masker dan sarung tangan sekali pakai) (lihat SOP memakai masker dan sarung tangan)
2)         Menyediakan 1 botol cairan pembilas ( Normal Saline )
3)         Menyalakan unit penghisap, tempelkan kateter dan cobalah untuk menghisap pada baju
4)         Posisikan pasien miring ke kanan kurang lebih 30 derajat sehingga akan membuat sekret bebas mengalir ke mulut saat dilakukan penghisapan
5)         Ukur panjang kateter penghisap. Panjang kateter yang harus dimasukkan ke dalam mulut pasien sebanding dengan jarak antara sudut mulut dengan lobulus telinga.
6)         Perlahan dan tanpa tekanan, masukkan ujung kateter ke daerah yang perlu dihisap. Saat memasukkan lubang kontrol pada selang penghisap dibiarkan terbuka (Jika tidak hati-hati ujung penghisap kaku dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan perdarahan)
7)         Setelah masuk, mulai penghisapan dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk  tangan kiri pada samping mulut, tutup lubang kontrol dan hisap sambil perlahan menarik ujung penghisap dari mulut pasien, gerakkan ujung penghisap dari satu sisi ke sisi yang lain
8)         Jangan pernah melakukan penghisapan lebih 10 detik pada waktu yang sama, karena suplementasi oksigen atau ventilasi dihentikan selama penghisapan, sehingga harus dipertimbangkan untuk mempertahankan oksigenasi pasien
9)         Bila terdapat sekret yang pekat dan menyumbat, kita bilas dengan cairan pembilas dengan cara memasukkan ujung pipa suction kedalam cairan pembilas dan menutup lubang kontrol
10)     Jika ujung pipa penghisap menyebabkan reflek muntah, segera tarik ujung penghisap dan pindah ke posisi yang lain

3.     Apabila jalan nafas masih tersumbat, meskipun sudah kita lakukan manuver tersebut, maka kita pasang alat bantu jalan nafas, untuk menjaga lidah menutupi jalan nafas.
- Non invasif, dengan pipa orofaring dan pipa nasofaring

              SOP pemasangan Pipa Orofaring :
1)         Petugas memakai masker dan sarung tangan sekali pakai (lihat SOP memakai masker dan sarung tangan)
2)         Menempatkan pasien pada posisi terlentang dan menggunakan teknik chin lift-head tilt / jaw thrust untuk mempertahankan jalan nafas secara manual
3)         Menentukan ukuran pipa yang akan dipakai dengan  cara membentangkan pipa dari sudut mulut penderita ke arah ujung daun telinga sisi wajah yang sama.l
4)         Silangkan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang sama dan letakkan pada gigi bagian atas dan bawah di sudut mulut pasien. Lebarkan/jauhkan jari untuk membuka rahang pasien
5)         Masukkan pipa secara terbalik (ujung pipa ke langit-langit) dan jalankan sepanjang dasar mulut pasien, melewati jaringan lunak menggantung dari belakang (uvula) atau hingga anda menemukan tahanan melewati palatum mole.
6)         Putar pipa 180 dengan hati-hati sehingga ujungnya mengarah ke bawah ke arah faring pasien
7)         Menempatkan pasien non trauma dalam posisi head tilt. Jika ada kemungkinan cedera spinal, dilakukan stabilisasi leher dengan collar neck
8)         Memeriksa respon pasien setelah pipa terpasang (lihat SOP pemeriksaan airway)


                          SOP Pemasangan pipa nasofaring :
1)         Petugas memakai masker dan sarung tangan sekali pakai(lihat SOP memakai masker dan sarung tangan)
2)         Posisi pasien terlentang dan kita gunakan teknik chin lift-head tilt/jaw thrus untuk mengamankan jalan nafas secara manual
3)         Lubrikasi bagian luar pipa dengan lubrikan berbahan dasar air sebelum dimasukkan dengan mencelupkan dalam aquades steril. Bahan seperti jelly dan bahan lain dapat merusak jaringan yang melapisi rongga hidung dan faring sehingga meningkatkan resiko infeksi.
4)         Ujung hidung didorong dengan hati-hati ke arah atas. Hampir semua pipa nasofaring dirancang untuk digunakan pada lubang hidung kanan. Bevel (bagian sudut ujung selang) harus menghadap dasar lubang hidung atau septum nasi.
5)         Memasukkan pipa ke dalam lubang hidung, majukan terus hingga bagian pinggir pipa berhenti dan tertahan kuat pada lubang hidung pasien  . Jangan pernah mendorong kuat, jika sulit untuk memajukan pipa tarik keluar dan coba pada lubang hidung yang lain

Tehnik invasif dengan Endotracheal Tube
            SOP intubasi trakea :
1)         Menempatkan pasien pada posisi sniffing dengan meletakkan bantal setinggi kurang lebih 10 cm di oksiput dan pertahankan kepala tetap ekstensi
2)         Melakukan preoksigenasi, yaitu memberi oksigen 100 % selama minimal 5 menit melalui baging. (lihat SOP bagging)
3)         Laringoskop dipegang dengan tangan kiri, kemudian bilah dimasukkan dari sudut mulut pasien sebelah kanan menyusuri lidah.Setelah mendekati pangkal lidah, laringoskop digeserkan ke sebelah kiri sampai berada di garis tengah dengan menyingkirkan lidah ke sebelah kiri. Jika menggunakan bilah lengkung (macintosh), maka ujung bilah ditempatkan di dalam valekula pada pangkal epiglotis, sedangkan bila mengunakan bilah lurus, maka ujung bilah ditempatkan di bawah epiglotis secara langsung.
4)         Mengangkat epiglotis dengan bilah sehingga terlihat pita suara. Setelah pita suara terlihat maka tangan kanan memasukkan ETT ke dalam trakea melalui celah diantara pita suara. Batas garis hitam pada ETT terletak tepat dibawah pita suara
5)         Mengembangkan balon udara dengan menggunakan spuit 20 atau 10 cc dengan volume secukupnya melalui ujung ETT sampai tidak terdengar kebocoran di rongga mulut pada saat dilakukan ventilasi.Melakukan fiksasi dengan plester agar tidak terdorong atau tercabut
6)         Melakukan konfirmasi posisi ETT dengan cara melakukan auskultasi pada dada kiri , kanan serta lambung. Setelah suara napas di paru kiri dan kanan sama, lalu dilakukan fiksasi dengan menggunakan plesterdi wajah atau pipi.
7)         Menghubungkan ETT dengan manual baging atau ventilator

B ( Breathing ) / PERNAFASAN
1.     Evalusi pernafasan tidak lebih dari 10 detik.
2.     Bila pasien tidak bernafas spontan atau adekuat maka pasien dianggap tidak bernafas.
3.     Memberikan pernafasan buatan 2 kali, dengan cara :
a.        Mouth to mouth ventilation ;
Cara ini sudah tidak dianjurkan karena bahaya infeksi, karena itu harus selalu memakai alat perantara yang terbuat dari plastic  (masker) yang dapat ditempatkan antara mulut penderita dan mulut penolong. Caranya sebagai berikut :
1)         Petugas memakai masker dan sarung tangan sekali pakai (lihat SOP memakai masker dan sarung tangan)
2)         Pakaikan masker penutup mulut dan hidung pasien, pegang dengan ibu jari dan telunjuk jari tangan kiri serta kanan
3)         Angkat sudut rahang bawah kedepan dengan jari tangan yang lain sehingga masker betul-betul menutup muka pasien, tidak bocor
4)         Tiupkan udara melalui pipa di ujung masker

b.        Bag mask-ventilation oleh 1 orang ;
1)         Petugas memakai masker dan sarung tangan sekali pakai (lihat SOP memakai masker dan sarung tangan)
2)         Mengambil posisi diatas kepala pasien, dan pertahankan terbukanya jalan nafas dengan head tilt-chin lift / jaw thrust.
3)         Pilih ukuran BVM yang sesuai dengan lebar sungkup menutupi hidung dan mulut pasien
4)         Posisikan masker pada wajah. Letakkan masker bagian apex (atas) melingkupi batang hidung pasien, sedangkan bagian bawah masker menutupi mulut dan dagu bagian atas
5)         Bentuk huruf “C” mengelilingi pintu masuk ventilasi dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk. Gunakan jari tengah, jari manis, dan jari kelingking di bawah rahang pasien untuk menahan rahang ke masker
6)         Dengan tangan yang lain, peras kantung sekali tiap 5 detik hingga menyebabkan dada pasien mengembang (sebanyak volume tidal 500-600 ml, 6-7 ml/kg BB). Untuk bayi dan anak-anak peras kantung tiap 3 detik.
7)         Lepaskan tekanan pada kantung dan biarkan pasien menghembuskan nafasnya secara pasif. Saat itu, kantung akan terisi kembali dengan oksigen dari sumbernya

c.        Bag valve-mask ventilation oleh 2 orang ;
1)         Petugas memakai masker dan sarung tangan sekali pakai (lihat SOP memakai masker dan sarung tangan )
2)         Buka jalan nafas pasien dengan teknik had tilt – chin lift
3)         Pilih bag valve-mask yang sesuai ( dewasa, anak, atau bayi)
4)         Letakkan ibu jari pada bagian atas masker, jari telunjuk dan tengah pada bagian bawah masker
5)         Letakkan masker bagian apex ( atas ) melingkupi batang hidung pasien, sedangkan bagian bawah masker menutupi mulut dan dagu bagian atas. Jika masker besar, kelilingi bagian pintu ventilasi dengan manset, letakkan bagian tengah pintu ventilasi pada mulut pasien
6)         Gunakan jari manis dan kelingking untuk mendongakkan rahang, mendekat ke arah masker. Pertahankan head tilt – chin lift
7)         Penolong kedua menghubungkan kantung dengan masker, jika belum siap. Sementara penolong pertama mempertahankan tertutupnya masker, penolong kedua harus menekan / memeras kantung dengan 2 tangannya hingga dada pasien mengembang (sebanyak volume tidal 500-600 ml, 6-7 ml/kg BB)
8)         Penolong kedua memeras kantung tiap 5 detik untuk dewasa, sekali tiap 3 detik untuk bayi dan anak-anak.

       C ( Circulation ) / SIRKULASI
1.     Setelah memberikan 2 kali nafas buatan tentukan keadaan sirkulasi pasien dengan meraba denyut nadi
Catatan : (menurut UK Resuscitation Council 2010 : langsung kompresi, tidak memberikan nafas buatan lebih dahulu)
2.     Dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah kita meraba denyut arteri karotis pada orang dewasa atau anak-anak, arteri brachial pada bayi
3.     SOP pemeriksaan arteri karotis :
a.        Letak arteri karotis terdapat di kedua sisi laring, diantara jakun yang berjalan dari telinga, melintas leher menuju bagian atas tulang dada
b.        Kepala pasien kita tarik ke bawah, raba jakun dengan 2 jari, kemudian jari digeser ke celah antara jakun dan jalinan otot. Disitu akan teraba denyutan.
c.        Raba selama 5 detik sebelum memutuskan tidak ada denyutan
4.     Bila tidak ada denyutan maka kita lakukan kompresi dada / pijat jantung
             SOP pijat jantung pada dewasa:
a.        Penolong berdiri disamping kanan pasien
b.        Letakan telapak salah satu tangan tepat ditengah dada penderita ( 2 jari di atas prosessus xyphoideus ). Untuk bayi letakkan jari telunjuk dan jari tengah di tengah dada.
c.        Letakkan telapak tangan lainnya di atas telapak tangan pertama
d.        Saling tautkan jari – jari tangan dan pastikan posisi tangan tidak menyamping diatas iga. Jangan meletakkan kedua tangan di perut atas atau tepi bawah tulag dada
e.        Posisikan bahu penolong tegak lurus dada pasien dan dengan tumpuan pada telapak tangan, tekan dengan menggunakan berat badan penolong ke arah dada hingga dada tertekan sedalam 4 – 5 cm.
f.          Setelah setiap kompresi, hilangkan tekanan sepenuhnya tanpa melepaskan kontak antara telapak tangan penolong dengan dada pasien, ulangi dengan kecepatan 100 kompresi per menit
g.        Setelah 30 kali kompresi berikan 2 kali nafas buatan
h.        Lakukan selama 5x siklus, setelah itu cek pulsasi carotis
( menurut UK Resuscitation Council 2010 : hanya menghentikan resusitasi bila ada tanda pulih nafas atau nadi)
i.          Tukarlah posisi setiap 2 menit untuk menghindari kelelahan penolong

             SOP pijat jantung pada anak-anak (1-8 tahun ):
a.        Penolong berdiri disamping kanan pasien
b.        Letakan telapak salah satu tangan tepat ditengah dada penderita ( 2 jari di atas prosessus xyphoideus ).
c.        Lakukan tekanan/kompresi sedalam sepertiga atau setengah ketebalan dinding dada anak.
d.        Setelah setiap kompresi, hilangkan tekanan sepenuhnya tanpa melepaskan kontak antara telapak tangan penolong dengan dada pasien, ulangi dengan kecepatan 100 kompresi per menit
e.        Setelah 30 kali kompresi berikan 2 kali nafas buatan
f.          Lakukan selama 5x siklus, setelah itu cek pulsasi carotis

            SOP pijat jantung pada bayi :
a.        Penolong berdiri disamping kanan pasien
b.        Letakkan jari telunjuk dan jari tengah di tengah dada. ( 2 jari di atas prosessus xyphoideus )
c.        Berikan tekanan hingga dada tertekan sedalam sepertiga sampai setengah tebal dada bayi
d.        Setelah setiap kompresi, hilangkan tekanan sepenuhnya tanpa melepaskan kontak antara telapak tangan penolong dengan dada pasien, ulangi dengan kecepatan 100 kompresi per menit
e.        Setelah 5 kali kompresi berikan 1 kali nafas buatan
f.          Lakukan selama 15x siklus, setelah itu cek pulsasi brachialis

5.     Lanjutkan resusitasi sampai :
a.        Pasien kembali bernafas dan muncul sirkulasi spontan
b.        Penolong kelelahan
c.        Pasien ternyata diketahui menderita penyakit stadium terminal



SOP Pemeriksaan Vital Sign / Tanda Vital

A.     Mengukur Tekanan Darah
1.      Minta ijin klien/pengantar untuk dilakukan pemeriksaan ”bolehkah saya periksa sekarang tekanan darah anda?”.
2.      Jelaskan apa yang akan dilakukan kepada klien/pengantar :
a.      Meminta klien membuka lengan atas yang akan diperiksa, sehingga tidak menutup arteri brachialis.
b.      Manset dipasang 2 – 3 cm di atas fossa kubiti, melingkar pada lengan tempat pemeriksaan setinggi jantung dan balon karet menekan tepat di atas arteri brachialis.
c.      Manset dihubungkan dengan spignomanometer Hg, posisis tegak dan level air raksa setinggi jantung.
d.      Denyut arteri brachialis diraba pada lipatan siku untuk meletakkan stetoskop.
e.      Arteri radialis diraba dengan jari telunjuk dan jari tengah (pastikan tidak ada penekanan).
f.        Katup pengontrol pada pompa manset di tutup.
g.      Stetoskop diletakkan ke dalam telinga, raba denyut arteri brachialis.
h.      Pompa manset sampai denyut arteri radialis tidak teraba lagi.
i.        Kemudian tambahkan pompa lagi 20 – 30 mmHg.
j.         Stetoskop diletakkan di atas arteri brachialis, di fossa cubiti/lipatan siku sebelah dalam.
k.      Posisi mata sejajar air raksa, lepas katup pengontrol pelan – pelan, sehingga air raksa turun dengan kecepatan 2 – 3 mmHg/detik atau skala perdetik.
l.         Pastikan tinggi air raksa saat terdengar perubahan I detakan arteri brachialis (korotkoff I/tekanan sistole).
m.    Lanjutkan penurunan air raksa saat terjadi perubahan suara yang tiba – tiba melemah (korotkoff IV/ tekanan diastole).
n.      Lepaskan stetoskop dari telinga dan lepas manset dari lengan klien.
o.      Earpice dan diagfragma stetoskop dibersihkan dengan kapas alkohol.
p.      Informasikan kepada klien hasil pengukuran, catat pada kartu status klien.
q.      Tanya kepada klien apakah yang ditanyakan tentang hasil tekanan darahnya.

B.     Menghitung denyut nadi arteri radialis klien
Meminta ijin dan menjelaskan bahwa akan dilakukan pengukuran nadi pada klien, dengan cara :
1.      Baju yang menutupi pergelangan tangan disingsikan.
2.      Kedua lengan lurus sejajar badan dan menghadap ke atas posisi anatomis.
3.      Lakukan palpasi ringan pada arteri radialis dengan jari telunjuk dan jari tengah, di atas pergelangan pada sisi ibu jari.
4.      Denyut arteri radialis dirasakan, kemudian hitung denyut tersebut selama 1 menit.
5.      Tentukan normal (60 – 100 x/mnt), bradikardi (< 60 x/mnt) atau takhikardi (> 100x/ mnt).
6.      Hasil pengukuran dicatat pada status klien.
7.      Informasikan kepada klien/pengantar hasil pemeriksaan
                Apabila dicurigai syok dengan tanda – tanda :
a.      Pucat ( khususnya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan, atau sekitar mulut ).
b.      Keringat atau kulit yang terasa dingin dan lembab.
c.      Pernapasan yang cepat (30 x / menit atau lebih).
d.      Gelisah, bingung, atau hilangnya kesadaran.
e.      Urin yang sedikit (kurang dari 30 ml per jam).


SOP langkah – langkah penanganan syok
A.     Pemberian Oksigen :
1.      Alat : Nasal Catheter
Langkah-langkah pemasangan :
a.      Mengatur posisi klien yang paling nyaman.
b.      Memberi penjelasan kepada klien/keluarga tentang maksud, tujuan, dan prosedur tindakan pemasangan terapi oksigen nasal catheter.
c.      Menyiapkan alat nasal catheter.
d.      Mengukur nasal catheter mulai dari telinga ke ujung hidung ( ukuran dalamnya catheter dari hidung sampai faring ).
e.      Memberikan jelly pada ujung nasal catheter dan memasukan pelan – pelan sampai menuju faring sesuai ukuran yang telah dibuat.
f.        Memfiksasi nasal catheter dengan plester.
g.      Mengalirkan oksigen 1- 3 liter / menit.
h.      Memberikan penjelasan pada klien/keluarga bahwa prosedur terapi oksigen sudah selesai.
i.        Mencatat hasil kegiatan pada status klien.

2.      Alat : Nasal Canule
Langkah-langkah pemasangan :
a.      Mengatur posisi yang nyaman.
b.      Memberi penjelasan pada klien/keluarga tentang prosedur pemasangan nasal canule ( maksud, tujuan, dan prosedur ).
c.      Memasang nasal canule pada kedua hidung dengan fiksasi kedua telinga.
d.      Mengalirkan oksigen 1 – 6 liter / menit.
e.      Memberi penjelasan pada klien/keluarga bahwa prosedur sudah selesai.
f.        Mengobservasi tentang perkembangan terapi.
g.      Mencatat hasil kegiatan pada status klien.
3.      Alat : Sungkup Muka Sederhana (Simple Mask)
Langkah-langkah pemasangan :
a.      Mengatur posisi yang nyaman (berbaring, semi fowler,dan fowler ).
b.      Memberi penjelasan tentang maksud, tujuan, dan prosedur pemasangan simple masak.
c.      Memasang simple mask pada muka klien sesuai ukuran, alirkan oksigen 5 – 8 liter / dan fiksasi karet pengikat pada belakang kepala.
d.      Memberikan penjelasan bahwa prosedur sudah selesai.
e.      Mengobservasi tentang perkembangan terapi.
f.        Mencatat hasil kegiatan pada status klien.

4.      Alat : Sungkup Muka Dengan Kantung ”Rebreathing”
Teknik terapi ini diberikan pada klien yang mengalami hyperventilasi type / kadar CO2 dalam darah menurun dan O2 rendah.
Langkah-langka pemasangan :
a.      Mengatur posisi ini yang nyaman / sesuai  (berbaring / supine / semi fowler / fowler).
b.      Memberi penjelasan tentang maksud, tujuan, dan prosedur pemasangan sungkup muka dengan kantong rebreathing.
c.      Mengalirkan oksigen 8 – 12 liter / menit sampai kantong terpenuhi oksigen ( menggembung ).
d.      Memasang sungkup muka dengan kantong rebreathing pada muka klien sesuai ukuran dan posisi karet pada belakang kepala.
e.      Memberikan penjelasan bahwa prosedur sudah selesai.
f.        Mengobservasi tentang perkembangan terapi.
g.      Mencatat hasil kegiatan pada status klien.

5.      Alat : Sungkup Muka Dengan ”Non Rebreathing”
Teknik terapi oksigen ini diberikan pada klien yang mengalami hypoventilasi type / kadar CO2 dalam darah tinggi dan O2 rendah.
Langkah-langkah pemasangan :
a.      Mengatur posisi klien yang nyaman / sesuai (berbaring / supine / semi fowler / fowler).
b.      Memberikan penjelasan tentang maksud, tujuan, dan prosedur pemasangan sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
c.      Mengalirkan oksigen 8 – 12 liter / menit sampai kantong terpenuhi oksigen ( menggembung ).
d.      Memasang sungkup muka dengan kantong non rebreathing pada muka klien sesuai ukuran dan posisi karet pada belakang kepala.
e.      Memberikan penjelasan bahwa prosedur sudah selesai.
f.        Mengobservasi tentang perkembangan terapi.
g.      Mencatat hasil kegiatan pada status klien.



SOP Pemasangan Infus
A.     Tahap Pra Interaksi
1.      Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada. Menanyakan apakah ada riwayat alergi atau ada penyakit-penyakit lain yang diderita.
2.      Mencuci tangan (SOP mencuci tangan).
3.      Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
a.      Meja/trolly serupa meja suntik, tersedia diatasnya :
1)     IV catheter (abocath) yang akan digunakan.
2)     IV catheter cadangan atau wing needle.
3)     Infusion  set terbungkus steril.
4)     Cairan infus yang akan digunakan.
5)     Kapas alkohol 70% secukupnya.
6)     Larutan  betadine secukupnya.
7)     Kasa steril ukuran 2 cm x 2 cm.
8)     Plester, gunting verband.
9)     Sarung tangan bersih.
10) Bengkok.
11) Tali pembendung/ tourniquet.
12) Pengalas.
13) Bak instrument (ukuran sedang).
14) Spalk (bila perlu untuk anak-anak).
b.      Standart infus.

B.    Tahap Orientasi.
1.      Memberikan salam kepada pasien sebagai pendekatan terapeutik. (Selamat pagi, Selamat siang…Pak/Bu….)
2.      Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada pasien/ keluarganya. -----
3.      Menanyakan kesiapan mental pasien sebelum dilakukan tindakan.
4.      Meminta pasien atau keluarganya mengisi dan menandatangani formulir persetujuan tindakan medis (formulir informed consent).

C.    Tahap Kerja.
1.      Menempatkan alat dan bahan ke dekat pasien (untuk memudahkan dalam melakukan tindakan).
2.      Mengambil larutan IV (cairan infus) dan menggantungkan pada standart infus, sambil diperiksa label cairan infus sudah sesuai dengan program terapi atau belum.
3.      Membuka infus set dari bungkusnya, kemudian mengatur klem roll sekitar 2 – 4 cm (1 – 2 inchi) di bawah bilik drip dan setelah itu mengembalikan klem roll ke posisi off (terkunci).
4.      Memasukkan infus set ke dalam kantong cairan, dengan :
a.      Melepas penutup pelindung kantong cairan tanpa menyentuh lubangnya.
b.      Melepas penutup pelindung dari penusuk selang, kemudian penusuk selang ditusukkan ke dalam lubang kantong cairan dengan posisi kantong infus tegak lurus.
5.      Mengisi bilik drip (tabung reservoir) infus, dengan :
a.      Menekan bilik drip kemudian lepaskan dan biarkan bilik drip terisi cairan infus hingga setengahnya.
b.      Melepas pelindung jarum dan klem roll untuk membiarkan cairan mengalir melalui selang sampai selang bebas udara, setelah itu jarum ditutup kembali.
c.      Cairan yang terbuang ditampung di dalam bengkok.
d.      Mengembalikan klem roll ke posisi off (terkunci) agar cairan infus tidak menetes.
e.      Selang infus yang sudah disiapkan diletakkan di bak instrument, didekatkan pada pasien, untuk memudahkan dalam menghubungkan selang infus dengan  catheter infus (abocath).
6.      Menentukan daerah vena yang akan digunakan disesuaikan keperluan dengan rencana pengobatan (punggung tangan kanan/kiri, kaki kanan / kiri), dipilih tempat yang strategis, dalam arti memudahkan untuk pemberian obat intra vena dan memberi kenyamanan pada pasien maupun petugas.
7.      Memasang perlak dan alasnya dibawah anggota tubuh yang akan diinfus.
8.      Membersihkan area yang akan dilakukan penusukan dari bulu-bulu (bila ada) dengan gunting.
9.      Memasang tali pembendung/ tourniquet pada jarak 5 cm di atas tempat penusukan dengan diklik, kemudian tali pembendung ditarik agar kencang.
10. Memasang sarung tangan steril (SOP memasang sarung tangan).
11. Meminta pasien untuk mengepalkan tanganuntuk membantu mendilatasi vena, sehingga vena tampak jelas. Bagi penderita yang tidak sadar, metode untuk mendilatasi vena dapat dilakukan dengan menggerakkan anggota tubuh ( ekstrimitas ) dari distal ke proximal di bawah tempat vena yang dimaksud atau menepuk perlahan di atas vena.
12. Membersihkan permukaan kulit yang akan ditusuk dengan larutan betadine dengan gerakan sirkuler dari dalam keluar dan membiarkan tempat tersebut mengering. Bila penderita alergi terhadap betadine, dapat digunakan alkohol 70 %.
13. Melencangkan kulit dengan memegang tangan / kaki dengan tangan kiri, kemudian  petugas yang lain menyiapkan IV catheter.
14. IV catheter yang sudah dipegang dengan tangan kanan, ditusukkan ke dalam pembuluh vena dengan lubang jarum menghadap ke atas, sudut tusukan 30 – 40 arah jarum sejajar dengan arah vena,lalu didorong perlahan.
15. Apabila  jarum masuk ke dalam pembuluh vena, darah akan tampak masuk ke dalam bagian reservoir jarum , maka hentikan dorongan.
16. Memisahkan bagian jarum dari bagian canul catheter dengan memutar bagian jarum /mandrin ke belakang perlahan, lanjutkan mendorong canul ke dalam vena secara perlahan sambil diputar sampai seluruh canul masuk.
17. Mencabut bagian jarum sehubungan dari canul catheter. Tahan canul dengan ibu jari tangan kiri, agar darah tidak menetes keluar.
18. Melepas  tourniquet.
19. Menghubungkan canul dengan infusion set.
20. Membuka saluran /klem roller untuk memulai infus dengan memperhatikan apakah tetesan lancar, atau lokasi penusukan membengkak. Apabila terjadi pembengkakan pada daerah penusukan,  menandakan terjadi extravasasi cairan sehingga penusukan harus diulang mulai dari awal. Apabila tetesan lancar dan tidak ada extravasasi, maka dilakukan fiksasi.
21. Melakukan fiksasi dengan memasang plester kecil(1,25 cm) di bawah catheter dengan sisi lengket menghadap ke atas dalam posisi menyilang. Hal ini untuk mencegah pelepasan catheter dari vena secara tidak sengaja. Pada bayi atau balita fiksasi diperkuat dengan spalk.
22. Memberi bantalan kassa, yang sudah diberi betadine, dengan ukuran 2 cm x 2 cm pada rangkai penusukan kemudian diplester.
23. Mengatur kecepatan aliran/  tetesan infus tepat per menit sesuai dengan instruksi dokter.
24. Menuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta ukuran jarum pada bantalan / plester yang dipasangkan pada tempat infus.

D.    Tahap Terminasi.
1.      Merapikan pasien. Menciptakan suasana yang nyaman bagi pasien.
2.      Penyuluhan pasca pemasangan infus. Memberikan pesan  kepada pasien / keluarganya apabila ada keluhan akibat pemasangan infus, misal : nyeri, bengkak, badan demam/ menggigil atau cairan tidak lancar agar melapor kepada petugas yang berjaga.
3.      Berpamitan dengan pasien. Memberitahukan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai dilakukan.
4.      Membereskan alat-alat dengan membuang bahan habis pakai.
5.      Memilah sampah medis dan non medis dan dibuang pada tempatnya masing-masing.
6.      Mensterilkan peralatan yang telah dipanaskan ( SOP sterilisasi alat).
7.      Melepas sarung tangan dan mencuci tangan (SOP mencuci tangan).
8.      Mencatat kegiatan dalam lembar keperawatan. Hal yang perlu dicatat antara lain : waktu  pemberian cairan,  jenis cairan dan  tetesan, jumlah cairan yang masuk, serta reaksi pasien terhadap cairan yang masuk.



 DAFTAR PUSTAKA

Mark H Swartz, Buku Ajar Diagnostik Fisik (1995)
Media Aesculaptus, Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga (2000)


TIM SOP DINKES KAB. MAGETAN
Pembina    : Dr.dr.Adryansyah Arifin, MPH
                   dr. Harry Susanto, MM
Penyusun   : dr. Rochmad Santoso
                   dr. Rita Noviyawati
                   dr. Rindra Wahyu Kusuma
                   Sugiyanto
                   Suryadi 
                            Tumiran
          Editor       : dr. Hari Sukamto
                            Dwi Hunun Pratiwi, SKM

http://yankesdinkesmagetan.blogspot.com/2011/09/protap-dan-sop-perawatan-luka-bakar-di_5310.html