Jumat, 23 Desember 2011

KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Berdasarkan data klien yang dirawat di RSJ Propinsi Bali di Bangli pada tahun 2005, dari total klien yang mengalami gangguan jiwa yaitu 116 orang, 75% diantaranya adalah penderita skizofrenia. Orang yang mengalami skizofrenia, 30% diantaranya mengalami gangguan perubahan persepsi sensori halusinasi. Dan klien tersebut sebelumnya mengalami suatu keadaan Kerusakan Interaksi Sosial yang merupakan suatu respon individu yang bersifat maladaptif.
Kerusakan Interaksi Sosial adalah suatu keadaan klien yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar ( Nasution,M.L.,2003). Pada klien dengan perilaku Kerusakan Interaksi Sosial sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana klien melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, klien Kerusakan Interaksi Sosial juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering klien Kerusakan Interaksi Sosial, semakin banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan orang lain.
Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang respon yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya. Respon sosial dan emosional yang maladaptif sering sekali terjadi dalam kehidupan sehari-hari, khususnya sering dialami pada klien Kerusakan Interaksi Sosial sehingga melalui pendekatan proses keperawatan yang komprehensif penulis berusaha memberikan asuhan keperawatan yang semaksimal mungkin kepada klien dengan masalah keperawatan utama Kerusakan Interaksi Sosial.
Dari segi kehidupan sosial kultural, interaksi sosial adalah merupakan hal yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya Kerusakan Interaksi Sosial akan menjadi suatu masalah besar dalam fenomen kehidupan,  yaitu terganggunya komunikasi yang merupakan suatu elemen penting dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau lingkungan disekitarnya.
Berdasarkan hal-hal diatas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah keperawatan utama yaitu : kerusakan interaksi sosial Kerusakan Interaksi Sosial pada Klien “GS” di Ruang Bratasena BPK RSJ Provinsi Bali di Bangli sebagai laporan asuhan keperawatan kesehatan jiwa yang merupakan kemasan MA Keperawatan Jiwa II.

B.   Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang proses keperawatan pada klien “GS” dengan Kerusakan Interaksi Sosial dari ruang Bratasena BPK RSJ Provinsi Bali di Bangli.
2.      Tujuan Khusus
a.       Dapat melakukan pengkajian, analisa data merumuskan masalah keperawatan, membuat pohon masalah, menetapkan diagnosa keperawatan pada Klien “GS” dengan kerusakan interaksi social dari ruang Bratasena BPK RSJ Provinsi Bali di Bangli.
b.      Dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien.
c.       Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan telah ditegakkan.
d.      Dapat menilai hasil (mengevaluasi) tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
e.       Dapat melakukan pendokumentasian keperawatan.

C.     Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan ini adalah:
1. Studi Kasus
Penulis melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada seorang klien dengan masalah keperawatan utama kerusakan interaksi sosial di ruang Bratasena BPK RSJ Provinsi Bali di Bangli.
2. Observasi
Mengobservasi gejala-gejala perilaku yang dialami klien denngan masalah keperawatan utama kerusakan interaksi sosial di ruang Bratasena BPK RSJ Provinsi Bali di Bangli.

3. Wawancara
Pengkajian dalam rangka pengumpulan data dilakukan terhadap klien, keluarga klien dan perawat ruangan
D.    Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan ini adalah:
BAB I : Pendahuluan
A.    Pendahuluan
B.     Tujuan Penulisan
C.     Metode Penulisan
D.    Sistematika penulisan
BAB II : Konsep Dasar
A.    Definisi/Pengertian
B.     Faktor Predisposisi dan Presipitasi
C.     Rantang Respon/Pathopsikologi
D.    Gejala dan Tanda
E.     Penatalaksanaan/Tindakan Keperawatan
BAB III : Tinjauan Kasus
A.    Pengkajian
B.     Diagnosa keperawatan
C.     Intervensi keperawatan
D.    Implementasi Keperawatan
E.     Evaluasi Keperawatan

BAB IV : Penutup
A.    Kesimpulan
B.     Saran
BAB II
KONSEP DASAR

A.    DEFENISI
Kerusakan Interaksi Sosial adalah suatu keadaan klien yang mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan disekitarnya secara wajar dan hidup dalam khayalan sendiri yang tidak realistik ( Nasution,  M.L.,2003).
B.     FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL
1.       FAKTOR PREDISPOSISI
Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan yang parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor penyebab yang mungkin bekerja sendiri atau dalam kombinasi.
1.      Faktor genetik, dianggap mempengaruhi tranmisi gangguan efektif melalui riwayat keluarga atau keturunan.
2.      Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri.
3.      Teori kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan traumatik individu dengan benda atau yang sangat berarti.
4.      Teori organisasi kepribadian, menuraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap.
5.      Model kognitif menyatakan bahwa depresi, merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang, dunia seseorang, dan masa depan seseorang.
6.      Metode ketidak berdayaan yang dipelajari, menunjukkan bahwa bukan semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respons yang adaptif.
7.      Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang mengasumsi penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan.
8.      Model biologik, menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa depresi, termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endoksin, hipersekresi kotisol, dan variasi periodik.
2.       FAKTOR PRESIPITASI
Adapun empat sumber utama stessor yang dapat menentukan gangguan alam perasaan.
a.       Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dilayangkan, termasuk kehilangan cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi klien merupakan hal yang sangat penting.
b.      Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
c.       Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi, terutama pada wanita.
d.      Perubahan fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik, seperti : infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat mencetuskan gangguan alam perasaan diantara obat-obatan tersebut terdapat obat antihipertensi dan penyalah gunaan zat yang menyebabkan kecanduan. Kebanyakan penyakit kronik yang melemahkan tubuh juga sering disertai dengan depresi. Depresi yang terdapat pada usia lanjut biasanya bersifat kompleks, karena untuk menegakkan diagnosisnya sering melibatkan evaluasi dari kerusakan otak organik, dan depresi klinik (Stuart & Sundeen, 1998)
C.     RENTANG RESPON
Rentang Respon Sosial
Respon Adaptif                                                                           Respon Maladaptif
 

Menyendiri                              Merasa sendiri (Loneliness)                Manipulasi
otonomi                                   Kerusakan Interaksi Sosial                  Impulsif
Bekerja sama (mutualisme)     ketergantungan(defenden)                  narcisisme
Saling ketergantungan
(interdependen)
Tabel 1. Rentang respon sosial
Keterangan:
v  Menyendiri ( Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
v  Otonomi
Kemampuan individu untuk menetukan dan menyampaikan ide-ide, pikiran, perasaan, dalam hubungaan sosial.
v  Bekerjasama (mutualisme)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
v  Saling Ketergantungan (interdependen)
Merupakan kondisi saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
v  Kerusakan Interaksi Sosial
Keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain
v  Ketergantungan ( dependen )
Terjadi bila seseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
v  Manipulasi
Gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek.individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.

v  Impulsif
Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, penilaian yang buruk dan individu ini tidak dapat diandalkan.
v  Narcisisme
Harga dirinya rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian yang egosentris dan pencemburu.

Rentang Respon Emosional
Respon Adaptif                                                                           Respon Maladaptif

Kepekaan        Reaksi berduka           Supresi            Penundaan                Depresi/
Emosional       Takterkomplikasi         Emosi              Reaksi berduka          Mania

Tabel 2. Rentang respon emosional
Keterangan:
v  Kepekaan emosional, dipengaruhi oleh dan berperan aktif dalam dunia internal dan eksternal seseorang. Tersirat bahwa orang tersebut terbuka dan sadar akan perasaannya sendiri.
v  Reaksi berduka tak terkomplikasi, terjadi sebagai respon terhadap kehilangan dan tersirat bahwa seseorang sedang menghadapi sesuatu kehilangan yang nyata serta terbenam dalam peroses aberbukanya.
v  Supresi emosi, mungkin tampak sebagai penyangkalan (denial) terhadap perasaan sendiri, pelepasan dari keterikatan dengan emosi atau penalaran terhadap semua aspek dari dunia afektif seeorang.
v  Penundaan reaksi berkabung, adalah ketidakadaan yang pesisten respon emosional terhadap kehilangan. Ini dapat terjadi pada awal proses berkabung, dan menjadi nyata pada pengunduran proses mulaai terjadi atau keduanya.penundan dan penolakan proses berduka kadang terjadi bertahun-tahun.
v  Depresi, suatu kesedihan atau perasaan duka yang berkepanjangan dapat digunakan untuk menunjukkan berbagai fenomena, tanda, gejala sindrom, keadaan emosional, reaksi penyakit atau klinik.
v  Mania, ditandai dengan elevasi alam perasaan berkepanjangan atau mudah di singgung. Hipomania digunakan untuk menggambarkan sindrom klinik serupa tetapi tidak separah mania atau episode manik. (Stuart dan sundeen, 1998).
D.    Gejala dan Tanda
Tingkah laku klien Kerusakan Interaksi Sosial:
1.           Kurang spontan
2.           Apatis (acuh terhadap lingkungan)
3.           Ekspresi wajah kurang berseri
4.           Afek tumpul
5.           Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
6.           Komunukasi verbal menurun/tidak ada
7.           Mengisolasi diri
8.           Kurang sadar dengan lingkungan sekitar
9.           Pemasukan makanan dan minuman terganggu
10.       Retensi urine dan feses
11.       Aktivitas menurun
12.       Kurang energi(tenaga)
13.       Harga diri rendah
14.       Menolak berhubungan dengan orang lain.

D.    Konsep Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Faktor Predisposisi
1)      Faktor perkembangan
Secara teori, kurangnya stimulasi, kasih sayang dan kehangatan dari ibu(pengasuh) pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
2)      Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
3)      Faktor sosiokultural
Isolasi sosial dapat terjadi, salah satunya pada tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.

b.      Faktor Presipitasi
Stressor psikologis seperti intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai masalah kerusakan hubungan sosial menarik dri
c.       Fisik
ADL (Aktivitiy Daily Living)
Masalah nutrisi, kebersihan diri, tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas fisik yang menurun akan muncul pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial.
d.      Status emosi
Afek tidak sesuai merasa bersalah dan malu, sikap negatif yang curiga,rendah diri dan kecemasan berat.
e.       Status sosial
Kerusakan Interaksi Sosial dan tidak percaya pada orang lain.
2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Masalah Keperawatan
1)      Risiko tinggi melakukan kekerasan
2)      Perubahan sensori persepsi ; halusinasi  
3)      Kerusakan interaksi sosial; Kerusakan Interaksi Sosial
4)      Gangguan konsep diri harga diri rendah
5)      Sindrom defisit perawatan diri
6)      Intoleransi aktivitas
7)      Ketegangan peran pemberi perawatan
8)      Ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah

c.       Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan Kerusakan Interaksi Sosial.
1)      Risiko tinggi melakukan kekerasan sehubungan dengan halusinasi pendengaran
2)      Perubahan sensori persepsi  b/d Kerusakan Interaksi Sosial.
3)      Kerusakan interaksi sosial b/d harga diri rendah kronis
4)      Sindrom defisit perawatan diri b/d intoleransi aktivitas
5)      Ketegangan peran memberi perawatan b/d ketidakmampuan keluarga merawat klien dirumah.
  

3.      Perencanaan Keperawatan
Diagnosa keperawatan 1
Resiko tinggi terhadap tindakan kekerasan yang diarahkan kepada orang lain pada diri sendiri dan lingkungan b/d Perubahan sensori persepsi
Tujuan
TUM   : Klien tidak melakukan tindakan kekerasan yang diarahkan kepada orang lain pada diri sendiri dan lingkungan
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
1        Bina hubungan saling percaya
Salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas, tepati waktu.
2        Dorong dan beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.
3        Dengarkan ungkapan klien dengan empati
Rasional:
1        Hubunagn saling percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik perawat klien
2        Ungkapan perasaan klien terhadap perawat sebagai bukti bahwa klien mulai mempercayai perawat
3        Rasa empati akan meningkatkan hubungan saling percaya.
Evaluasi
Klien dapat mengungkapkan perasaan dan keadaannya saat ini secara verbal.
TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya

Intervensi
1        Adakan kontrak sering dan singkat secara bertahap 5 menit setiap 1 jam, 10 menit setiap satu jam, 15 menit setiap satu jam
2        Observasi tingkah laku verbal / non verbaal yang berhubungan dengan halusinasi, bicara sendiri, yaitu : isi bicara, mata melotot, tiba-tiba melotot, tiba-tiba pergi, tertawa tiba-tiba
3        Gambarkan tingkah laku halusinasi pada klien “apa yang terdenganr atau dilihat “.
4        Terima halusinsi sebagai hal yang nyata bagi klien, tapi tidak bagi perawat (tidak membenarkan dan tidak menunjang)
5        Bersama klien mengidentifikasi aktivitas yang menimmbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi ,sifat, isi,waktu, dan frekuensi halusinasi.
6        Bersama klien menentukan faktor pencetus halusinasi : ”apa yang terjadi sebelum halusinasi?”.
7        Dorong klien mengungkapkan perasaannya ketika sedang berhalusinasi
Evaluasi
1        Klien dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata setelah 3-4 kali pertemuan dengan menceritakan hal-hal yang nyata.
2        Klien dapat menyebutkan situasi yang menimbulkan halusinasi: sifat, isi, waktu, frekuensi halusinasi, setelah 3x pertemuan.

TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya
Intervensi:
1        Identifikasi bersama klien tindakan apa yang dilakukan bila sedang berhalusinasi
2        Beri pujian terhadap ungkapan klien tentang tindakannya
3        Diskusikan cara memutuskan halusinasi
4        Dorong klien untuk menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasi
5        Beri pujian atas upaya klien
Rasional
1        Tindakan yang biasa dilakukan klien merupakan upaya mengatasi halusinasi
2        Memberikan hal yang positif atau pengakuan akan meningkatkan harga diri klien
3        Dengan halusinasi yang terkontrol untuk klien maka waham curiga tidak terjadi
4        Pengulangan hasil diskusi yang dapat dilakukan klien merupakan suatu tanda konsentrasi pikir dapat difokuskan
5        Pujian merupakan pengakuan yang dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien
Evaluasi
1        Klien dapat menyebutkan tindakan yang dilakukan bila sedang berhalusinasi setelah 3 x pertemuan.
2        Klien dapat menyebutkan 3 dari 4 cara memutuskan halusinasi

TUK 4 : Klien dapat memanfaatkan obat untuk mengontrol halusinasinya
Intervensi
1        Diskusikan dengan klien tentang obat yang dapat mengontrol halusinasi
2        Bantu klien untuk memastikan klien telah minum obat secara teratur untuk menontrol halusinasinya
Rasional
1        Meningkatkan pengetahuan dan motivasi klien untuk minum obat secara teratur
2        Memastikan bahwa klien minum obat secara teratur
Evaluasi
Klien minum obat secara teratur sesuai aturan minum obat setelah 3 x pertemuan
TUK 5 : Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Intervensi
1        Dorong klien untuk memberitahu keluarga ketika timbul halusinasi
2        Lakukan kunjungan keluarga, kenalkan pada halusinasi klien bantu dalam memutuskan tindakan untuk mengontrol halusinasi klien, ajarkan cara merawat klien dirumah, informasikan cara memotifikasi lingkungan agar mendukung realitas dan dorong keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan dalam mengontrol halusinasi klien.
Rasional
1        Sebagai upaya latihan klien sebelum berada di rumah
2        Keluarga yang mampu merawat klien dengan halusinasi paling efektif mendukung kesembuhan klien dengan masalah halusinasi.
Evaluasi
Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasi setelah dirumah.

Diagnosa keperawatan 2
Perubahan sensori persepsi b/d Kerusakan Interaksi Sosial
TUM : Klien dapat berhubungan dengan orang lain dan lingkungan sehingga halusinasi dapat dicegah
TUK 1 Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Intervensi
Bina hubungan saling percaya :
1        Sikap terbuka dan empati
2        Terima klien apa adanya
3        Sapa klien dengan ramah
4        Tepati janji
5        Jelaskan tujuan pertemuan
6        Pertahankan kontak mata selama interaksi
7        Penuhi kebutuhan dasar klien saat itu
Rasional
Kejujuran, kesediaan dan penerimaan, meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dengan perawat
Evaluasi
Setelah 2 x pertemuan klien dapat menerima kehadiran perawat
TUK 2 : Klien dapat mengenal perasaan yang menyatakan perilaku Kerusakan Interaksi Sosial
Intervensi
1        Kaji pengetahuan klien tentang Kerusakan Interaksi Sosial
2        Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab Kerusakan Interaksi Sosial
3        Diskusikan bersama klien tentang prilaku Kerusakan Interaksi Sosialnya
4        Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkannya
Rasional
1.      Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien yang Kerusakan Interaksi Sosial sehingga perawat dapat merencanakan tindakan selanjutnya
2.      Untuk mengetahui alasan klien Kerusakan Interaksi Sosial
3.      Meningkatkan pengetahuan klien dan mencari pemecahan bersama tentang masalah klien
4.      Meningkatkan harga diri klien berani bergaul denngan lingkungan sosialnya
Evaluasi
Setelah satu kali pertemuan klien dapat menyebutkan penyebab/alasan dirinya Kerusakan Interaksi Sosial.
TUK 3 : Klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain
Intervensi
1        Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
2        Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan orang lain
3        Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan manfaat berhubungan dengan orang lain
Rasional
1        Meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain
2        Untuk mengetahui tingkat permohonan klien terhadap informasi yang telah diberikan
3        Reinfocemet positif dapat meningkatkan harga diri klien
Evaluasi
Klien dapat menyebutkan 2 dari 3 manfaat berhubungan denngan orang lain
1        Mendapat teman
2        Mengungkapkan perasaan
3        Membantu pemecahan masalah
TUK 4 : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap
Intervensi
1        Dorong klien untuk menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain
2        Dorong dan bantu klien berhubungan dengan orang lain secara bertahap antara lain:
a.       klien – perawat
b.      klien – perawat – perawat lain
c.       klien – perawat – klien lain
d.      klien – kecil (TAK)
e.       klien – keluarga
3.      Libatkan klien dalam kegiatan TAK dan ADL ruangan
4.      Reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai klien
Rasional
1.      Untuk mengetahui pemahaman klien terhadap informasi yang telah diberikan
2.      Klien mungkin mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain
3.      Membantu klien dalam mempertahankan hubungan interpersonal
4.      Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien
Evaluasi
Klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain, misalnya :
- Membalas sapaan perawat
- Menatap mata
- Mau berinteraksi
TUK 5 : Klien mendapatkan dukungan keluarga dan berhubungan dengan orang lain
Intervensi
1.      Diskusikan tentang manfaat berhubungan denga anggota keluarga
2.      Dorong klien untuk mengemukakan perasaan tentang keluarga
3.      Beri brenforrcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasanya, manfaat berhubungan dengan orang lain
Rasional
1.       Untuk mengetahui sejauh mana klien merasakan amanfaat dari berhubungan dengan orang lain
2.       Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh klien dalam berhubungan dengan orang lain
3.       Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien
Evaluasi
Klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain untuk :
Diri sendiri dan orang lain
Diagnosa keperawatan 3
Kerusakan interaksi sosial ; Kerusakan Interaksi Sosial b/d harga diri rendah
Tujuan
TUM   : Klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpa merasa rendah diri
TUK 1 : Klien dapat memperkuat kesadaran diri
Intervensi
1.      Diskusikan dengan klien kelebihan yang dimilikinya
2.      Diskusikan kelemahan yang dimilikinya
3.      Beritahu klien bahwa tidak ada manusi yang sempurna, semua memiliki kelebihan dan kekurangan
4.      Beritahu klien bahwa kekurangan bisa dimiliki dengan kelebihan yang dimiliki
5.      Anjurkan klien untuk lebih meningkatkan kelebihan yang dimiliki
6.      Beritahu klien bahwa ada hikmah dibalik kekurangan yang dimiliki
Rasional
1.      Mengidentifikasi hal-hal positif yang masih dimiliki klien
2.      Mengingatkan klien bahwa klien manusia biasa yang mempunyai kekurangan
3.      Menghadirkan realita pada klien
4.      Memberikan garapan pada klien
5.      Memberikan kesempatan berhasil lebih tinggi
6.      Agar klien tidak merasa putus asa
Evaluasi
1.      Klien dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada diri setelah 1 x pertemuan
2.      Klien dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki dan tidak menjadi halangan dalam mencapai keberhasilan
TUK 2
Klien dapat menyelidiki dirinya
Intervensi :
1.      Diskusikan denga klien ideal dirinya apa harapan selama di RS
2.      Bantu klien mengembangkan antara keinginan dan kemampuan yang dimilikinya
3.      Beri kesempatan klien untuk berhasil
4.      Beri Reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
Rasional
1.      Untuk mengetahui sampai dimana reaalistis dan harapan klien
2.      Membantu klien membentuk harapan yang realistis
3.      Meningkatkan percaya diri klien
4.      Memberi penghargaan terhadap perilaku yang positif
Evaluasi
Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan yang sesuai dengan kemampuan setelah 1 x pertemuan
TUK 3
Klien dapat mengevaluasi diri
Intervensi
1.      Bantu klien mengidentifikasikan kegiatan atau keinginan yang bakl dicapainya
2.      Kaji bagaimana perasaan klien dengan keberhasilan tersebut
3.      Bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien dan seba-sebab kegagalan.
4.      Kaji bagaimana respon klien terhadap kegagalan tersebut dan cara mengatasinya
5.      Jelaskan pada klien bahwa kegagalan yang dialami dapat menjadi pelajaran untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Rasional
1.      Mengingatkan klien bahwa ia tidak selalu gagal
2.      Memberikan kesempatan klien untuk menilai dirinya sendiri
3.      Mengetahui apakah kegagalan tersebut mempengaruhi klien
4.      Mengetahui kuping yang selama ini digunakan oleh klien
5.      Memnerikan kekuatan pada klien bahwa kegagalan itu bukan merupakan akhir dari suatu usaha


Evaluasi
1.        Klien dapat mmenyebutkan keberhasilan yang pernah dialami setelah 1 x pertemuan
2.        Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah dialami setelah 4 x pertemuan
TUK 4
Klien dapat membuat rencana realistis
Intervensi
1.       Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin dicapai
2.       Diskusikan denngan klien tujuan yang ingin dicapai dengan kemampuan klien
3.       Bantu klien memilih perioritas tujuan yang mungkin dapat dicapainya
4.       Beri kesempatan klien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih
5.       Tunjukkan keterampuilan atau keberhasilan yang telah dicapai klien
6.       Ikut sertakan klien dalam kegiatan aktivitas kelompok
7.       Beri reinforcment positif bila klien mau mengikuti kegiatan kelompok
Rasional
1.     Agar klien tetap realistis dengan kemampuan yang dimilikinya
2.     Mempertahankan klien untuk tetap realistis
3.     Agar prioritas yang dipilih sesuai dengan kemampuan
4.     Menghargai keputusan yang telah di pilih klien
5.     Memberikan penghargaan atas keberhasilan yang telah dicapai
6.     Ikut sertakan klien dalam kegiatan aktivitas kelompok
7.     Meningkatkan harga diri klien.
Evaluasi
1        Klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai setelah 1 x pertemuan
2        Klien dapat membuat keputusan dan mencapai tujuan setelah 1 x pertemuan
TUK 5
Klien dapat dukungan keluarga yang meningkatkan hanya dirinya
Intervensi
1.      Diskusikan dengan keluarga tanda-tanda harga diri rendah
2.      Tunjukkan setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai kemampuan tiap anggota keluarga
3.      Diskusikan dengan keluarga cara merespon terhadap klien dengan harga diri rendah seperti menghargai klien tidak mengejek, tidak menjauhi
4.      Tunjukkan pada keluarga untun memberikan kesempatan berhasil pada klien
5.      Tunjukkan kepada keluarga untuk menerima klien apa adanya
6.      Anjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam setiap pertemuan keluarga
Rasional
1.      Mengantisipasi masalah yang timbul
2.      Menyiapkan suport sistem yang akurat
3.      Meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan harga diri rendah seperti menghargai klien, tidak mengejek, tidak menjauhi
4.      Memberikan kesempatan pada klien untuk sukses
5.      Membantu meningkatkan harga diri klien
6.      Meningkatkan interaksi klien dengan anggota kelurga

Evaluasi
1.      Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda harga diri rendah
Ú  mengatakan diri tidak berharga tidak berguna dan tidak
pesimis
Ú  Kerusakan Interaksi Sosial dan realita
2.      Keluarga dapat merespon dan memperlakukan klien dengan harga diri rendah secara tepat setelah 2 x pertemuan
Diagnosa keperawatan 4
Sindrom defisit perawatan diri berhubungan dengan intrenon aktivitas
TUM   : Klien dapat mmelakukan perawatan diri
TUK 1 : Klien mengetahui keuntungan melakukan perawatan diri
Intervensi
1.      Diskusikan tentang keuntungan melakukan perawatan diri
2.      Dorong klien untuk menyebutkan kembali keuntungan dalam melakukan perawatan diri
3.      Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan keuntungan melakukan perawatan diri
Rasional
1.      Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya perawatan diri
2.      Untuk mengetahui tingkat pemahaman klien tentang informasi yang telah diberikan
3.      Reinforcement positif dapat menyenangkan hati klien

Evaluasi
Klien dapat menyebutkan keuntungan dari melakukan perawatan diri seperti :
            - memelihara kesehatan
- memberi rasa nyaman
TUK 2
Klien mengetahui kerugian jika tidak melakukan perawatan diri
Intervensi
1.      Diskusikan tentang kerugian tidak melakuakn perawatan diri
2.      Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan kerugian tidak melakukan perawatan diri
Rasional
1.      Untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
2.      Reinforcement positif untuk menyenangkan hati klien
Evaluasi
Klien dapat menyebutkan kerugian dari tidak melakukan perawatan diri seperti :
Terkena penyakit , Sulit mendapat teman
TUK 3 : Klien berminat melakukan perawatan diri
Intervensi
1.      Dorong dan membantu klien dalam melakukan perawatan diri
2.      Beri pujian atas keberhasilan klien melakukan perawatan diri
Rasional
1.      Untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
2.      Reinforcement positif dapat menyenangkan hati klien dan meningkatkan minat klien untuk melakukan perawatan diri
Evaluasi
Klien melakukan perawatan diri seperti : jelaskan
Diagnosa keperawatan 5
Ketegangan peran memberi perawatan untuk berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat klien di Rumah
TUM:
Para pemberi perawatan akan mendemonstrasikan keterampilan memecahkan masalah yang efektif dan membentuk mekanisme koping yang adaptif
TUK : Pemberian perawatan akan mendemonstrasikan pemahaman tentang cara-cara untuk memudahkan peran memberi perawatan
Intervensi
1.      Kaji kemampuan pemberi perawatan sadar terhadap sistem pelayanan dimana mereka mencari bantuan.
2.      Pastikan bahwa pemberi perawatan sadr terhadap sistem pelayanan kesehatan dimana mereka dapat mencari bantuan
3.      Anjurkan pada para pemberi perawatan untuk mengekpresikan perasaanya terutama rasa marah
4.      Dorongan untuk berpartisipasi pada kelompok-kelompok pendukung yang berisi anggota-anggota dengan situasi-situasi kehidupan yang sama
 
Rasional
1.      Para pemberi perawatan dapat tidak menyadari terhadap apa yang secara realistis dapat dicapai oleh klien mereka dapar tidak menyadari terhadap kemajuan alami dari penyakitnya
2.      Para pemberi perawatan memerlukan keinginan dari tekanan dan ketegangan setelah memberikan perawatan 24 jam kepada mereka dapat mencari bantuan
3.      Pelepasan dari emosi-emosi ini dapat membantu mencegah fsikopatologi seperti depresi, atau timbulnya kelainan fsikopatologis
4.      Mendengarkan orang lain mengalami masalah-masalah yang sama mendiskusikan cara-cara yang telah mereka hadapi dapat membantu pemberi perawatan untuk mengadopsi strategi-strategi yang lebih adaptif
Evaluasi
Para pemberi perawatan dapat mendemontrasikan keterampilan memecahkan masalah yang efektif dan membentuk mekanisme koping yang adaptif.
 
Daftar Pustaka
Keliat, Budi Anna,1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa,EGC,Jakarta.
Nasution,Mahnum Lailan,2003, Gangguan Alam Perasaan : Kerusakan Interaksi Sosial,PSIK Universitas Sumatera Utara (online):available: http;// www.usu.co.id.,medan.

Stuart dan Sundeen,1998,Buku Saku Keperawatan Jiwa,EGC,Jakarta.