BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berdasarkan data klien yang dirawat di RSJ Propinsi Bali
di Bangli pada tahun 2005, dari total klien yang mengalami gangguan jiwa yaitu
116 orang, 75% diantaranya adalah penderita skizofrenia. Orang yang mengalami skizofrenia, 30% diantaranya
mengalami gangguan perubahan persepsi sensori halusinasi. Dan klien tersebut
sebelumnya mengalami suatu keadaan Kerusakan Interaksi Sosial yang merupakan
suatu respon individu yang bersifat maladaptif.
Kerusakan Interaksi Sosial adalah
suatu keadaan klien yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan
dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar (
Nasution,M.L.,2003). Pada klien dengan perilaku Kerusakan Interaksi Sosial
sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana
klien melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan
berkepribadian kaku, klien Kerusakan Interaksi Sosial juga melakukan pembatasan
(isolasi diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering klien Kerusakan
Interaksi Sosial, semakin banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan
hubungan sosial dan emosional dengan orang lain.
Dalam membina hubungan sosial,
individu berada dalam rentang respon yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon
adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya. Respon sosial dan emosional yang maladaptif
sering sekali terjadi dalam kehidupan sehari-hari, khususnya sering dialami
pada klien Kerusakan Interaksi Sosial sehingga melalui pendekatan proses
keperawatan yang komprehensif penulis berusaha memberikan asuhan keperawatan
yang semaksimal mungkin kepada klien dengan masalah keperawatan utama Kerusakan
Interaksi Sosial.
Dari segi kehidupan sosial kultural,
interaksi sosial adalah merupakan hal yang utama dalam kehidupan bermasyarakat,
sebagai dampak adanya Kerusakan Interaksi Sosial akan menjadi suatu masalah
besar dalam fenomen kehidupan, yaitu
terganggunya komunikasi yang merupakan suatu elemen penting dalam mengadakan
hubungan dengan orang lain atau lingkungan disekitarnya.
Berdasarkan hal-hal diatas, penulis
tertarik untuk mengangkat masalah keperawatan utama yaitu : kerusakan interaksi
sosial Kerusakan Interaksi Sosial pada Klien “GS” di Ruang Bratasena BPK RSJ
Provinsi Bali di Bangli sebagai laporan asuhan keperawatan kesehatan jiwa yang
merupakan kemasan MA Keperawatan Jiwa II.
B.
Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang proses keperawatan pada
klien “GS” dengan Kerusakan Interaksi Sosial dari ruang Bratasena BPK RSJ
Provinsi Bali di Bangli.
2.
Tujuan
Khusus
a.
Dapat
melakukan pengkajian, analisa data merumuskan masalah keperawatan, membuat
pohon masalah, menetapkan diagnosa keperawatan pada
Klien “GS” dengan kerusakan interaksi social dari ruang Bratasena BPK RSJ
Provinsi Bali di Bangli.
b.
Dapat
menyusun perencanaan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien dan
mengatasi masalah klien.
c.
Dapat
mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata sesuai dengan
diagnosa keperawatan telah ditegakkan.
d.
Dapat
menilai hasil (mengevaluasi) tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
e.
Dapat melakukan
pendokumentasian keperawatan.
C.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam
pembuatan laporan ini adalah:
1. Studi Kasus
Penulis
melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada seorang klien dengan masalah
keperawatan utama kerusakan interaksi sosial di ruang Bratasena BPK RSJ
Provinsi Bali di Bangli.
2. Observasi
Mengobservasi
gejala-gejala perilaku yang dialami klien denngan masalah keperawatan utama
kerusakan interaksi sosial di ruang Bratasena BPK RSJ Provinsi Bali di Bangli.
3. Wawancara
Pengkajian
dalam rangka pengumpulan data dilakukan terhadap klien, keluarga klien dan
perawat ruangan
D.
Sistematika
Penulisan
Adapun
sistematika penulisan laporan ini adalah:
BAB I :
Pendahuluan
A.
Pendahuluan
B.
Tujuan
Penulisan
C.
Metode
Penulisan
D.
Sistematika
penulisan
BAB II : Konsep
Dasar
A. Definisi/Pengertian
B. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
C. Rantang Respon/Pathopsikologi
D. Gejala dan Tanda
E. Penatalaksanaan/Tindakan Keperawatan
BAB III :
Tinjauan Kasus
A.
Pengkajian
B.
Diagnosa
keperawatan
C.
Intervensi
keperawatan
D.
Implementasi
Keperawatan
E.
Evaluasi
Keperawatan
BAB IV : Penutup
A.
Kesimpulan
B.
Saran
BAB II
KONSEP DASAR
A.
DEFENISI
Kerusakan Interaksi Sosial adalah suatu keadaan klien
yang mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau
dengan lingkungan disekitarnya secara wajar dan hidup dalam khayalan sendiri
yang tidak realistik ( Nasution,
M.L.,2003).
B.
FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN
INTERAKSI SOSIAL
1.
FAKTOR PREDISPOSISI
Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan
gangguan alam perasaan yang parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor
penyebab yang mungkin bekerja sendiri atau dalam kombinasi.
1.
Faktor
genetik, dianggap mempengaruhi tranmisi gangguan efektif melalui riwayat
keluarga atau keturunan.
2.
Teori
agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan
marah yang ditujukan kepada diri sendiri.
3.
Teori
kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan traumatik individu dengan benda
atau yang sangat berarti.
4.
Teori
organisasi kepribadian, menuraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga
diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap.
5.
Model
kognitif menyatakan bahwa depresi, merupakan masalah kognitif yang didominasi
oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang, dunia seseorang, dan
masa depan seseorang.
6.
Metode
ketidak berdayaan yang dipelajari, menunjukkan bahwa bukan semata-mata trauma
menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali
terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang
respons yang adaptif.
7.
Model
perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang mengasumsi
penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi
dengan lingkungan.
8.
Model
biologik, menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa depresi,
termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endoksin, hipersekresi kotisol, dan
variasi periodik.
2.
FAKTOR
PRESIPITASI
Adapun
empat sumber utama stessor yang dapat menentukan gangguan alam perasaan.
a.
Kehilangan
keterikatan, yang nyata atau yang dilayangkan, termasuk kehilangan cinta
seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena elemen aktual dan
simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi klien merupakan hal yang
sangat penting.
b.
Peristiwa
besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan
mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan
menyelesaikan masalah.
c.
Peran
dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi,
terutama pada wanita.
d.
Perubahan
fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik, seperti :
infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat mencetuskan
gangguan alam perasaan diantara obat-obatan tersebut terdapat obat
antihipertensi dan penyalah gunaan zat yang menyebabkan kecanduan. Kebanyakan penyakit kronik yang melemahkan tubuh juga sering
disertai dengan depresi. Depresi yang terdapat pada usia lanjut biasanya
bersifat kompleks, karena untuk menegakkan diagnosisnya sering melibatkan
evaluasi dari kerusakan otak organik, dan depresi klinik (Stuart & Sundeen,
1998)
C.
RENTANG RESPON
Rentang Respon Sosial
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri
(Loneliness) Manipulasi
otonomi Kerusakan
Interaksi Sosial Impulsif
Bekerja sama
(mutualisme) ketergantungan(defenden) narcisisme
Saling
ketergantungan
(interdependen)
Tabel 1. Rentang respon sosial
Keterangan:
v
Menyendiri
( Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
v Otonomi
Kemampuan individu untuk menetukan dan menyampaikan
ide-ide, pikiran, perasaan, dalam hubungaan sosial.
v Bekerjasama (mutualisme)
Suatu
kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk
saling memberi dan menerima.
v Saling Ketergantungan (interdependen)
Merupakan
kondisi saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam membina
hubungan interpersonal.
v Kerusakan Interaksi Sosial
Keadaan
dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain
v Ketergantungan ( dependen )
Terjadi
bila seseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya
untuk berfungsi secara sukses.
v Manipulasi
Gangguan
hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai
objek.individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
v Impulsif
Tidak mampu
merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, penilaian yang buruk
dan individu ini tidak dapat diandalkan.
v Narcisisme
Harga
dirinya rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian
yang egosentris dan pencemburu.
Rentang Respon Emosional

Kepekaan Reaksi berduka Supresi Penundaan
Depresi/
Emosional
Takterkomplikasi Emosi Reaksi
berduka Mania
Tabel 2. Rentang respon emosional
Keterangan:
v Kepekaan emosional, dipengaruhi oleh dan berperan aktif dalam dunia
internal dan eksternal seseorang. Tersirat bahwa orang tersebut terbuka dan sadar
akan perasaannya sendiri.
v Reaksi berduka tak terkomplikasi, terjadi sebagai respon terhadap
kehilangan dan tersirat bahwa seseorang sedang menghadapi sesuatu kehilangan
yang nyata serta terbenam dalam peroses aberbukanya.
v Supresi emosi, mungkin tampak sebagai penyangkalan (denial) terhadap
perasaan sendiri, pelepasan dari keterikatan dengan emosi atau penalaran
terhadap semua aspek dari dunia afektif seeorang.
v Penundaan reaksi berkabung, adalah ketidakadaan yang pesisten respon
emosional terhadap kehilangan. Ini dapat terjadi pada awal proses berkabung,
dan menjadi nyata pada pengunduran proses mulaai terjadi atau keduanya.penundan
dan penolakan proses berduka kadang terjadi bertahun-tahun.
v Depresi, suatu kesedihan atau perasaan duka yang berkepanjangan
dapat digunakan untuk menunjukkan berbagai fenomena, tanda, gejala sindrom,
keadaan emosional, reaksi penyakit atau klinik.
v Mania, ditandai dengan elevasi alam
perasaan berkepanjangan atau mudah di singgung. Hipomania digunakan untuk
menggambarkan sindrom klinik serupa tetapi tidak separah mania atau episode
manik. (Stuart dan sundeen, 1998).
D.
Gejala
dan Tanda
Tingkah laku klien Kerusakan Interaksi Sosial:
1.
Kurang spontan
2.
Apatis (acuh terhadap
lingkungan)
3.
Ekspresi wajah kurang berseri
4.
Afek tumpul
5.
Tidak merawat dan memperhatikan
kebersihan diri
6.
Komunukasi
verbal menurun/tidak ada
7.
Mengisolasi diri
8.
Kurang
sadar dengan lingkungan sekitar
9.
Pemasukan
makanan dan minuman terganggu
10.
Retensi urine dan feses
11.
Aktivitas menurun
12.
Kurang energi(tenaga)
13.
Harga diri rendah
14.
Menolak berhubungan dengan orang
lain.
D.
Konsep
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Faktor
Predisposisi
1)
Faktor perkembangan
Secara
teori, kurangnya stimulasi, kasih sayang dan kehangatan dari ibu(pengasuh) pada
bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
2)
Faktor biologis
Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
3)
Faktor
sosiokultural
Isolasi sosial dapat terjadi, salah satunya pada
tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.
b.
Faktor
Presipitasi
Stressor psikologis seperti intensitas kecemasan
yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk
mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai masalah kerusakan hubungan
sosial menarik dri
c.
Fisik
ADL
(Aktivitiy Daily Living)
Masalah nutrisi,
kebersihan diri, tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas fisik yang
menurun akan muncul pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial.
d.
Status emosi
Afek
tidak sesuai merasa bersalah dan malu, sikap negatif yang curiga,rendah diri
dan kecemasan berat.
e.
Status sosial
Kerusakan
Interaksi Sosial dan tidak percaya pada orang lain.
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Masalah Keperawatan
1)
Risiko
tinggi melakukan kekerasan
2)
Perubahan
sensori persepsi ; halusinasi
3)
Kerusakan
interaksi sosial; Kerusakan Interaksi Sosial
4)
Gangguan
konsep diri harga diri rendah
5)
Sindrom
defisit perawatan diri
6)
Intoleransi
aktivitas
7)
Ketegangan
peran pemberi perawatan
8)
Ketidakmampuan
keluarga merawat klien di rumah
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang
berhubungan dengan Kerusakan Interaksi Sosial.
1)
Risiko
tinggi melakukan kekerasan sehubungan dengan halusinasi pendengaran
2)
Perubahan
sensori persepsi b/d Kerusakan Interaksi
Sosial.
3)
Kerusakan
interaksi sosial b/d harga diri rendah kronis
4)
Sindrom defisit perawatan diri
b/d intoleransi aktivitas
5)
Ketegangan
peran memberi perawatan b/d ketidakmampuan keluarga merawat klien dirumah.
3.
Perencanaan
Keperawatan
Diagnosa keperawatan 1
Resiko tinggi terhadap tindakan kekerasan yang
diarahkan kepada orang lain pada diri sendiri dan lingkungan b/d Perubahan
sensori persepsi
Tujuan
TUM : Klien tidak melakukan tindakan kekerasan
yang diarahkan kepada orang lain pada diri sendiri dan lingkungan
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi
:
1
Bina
hubungan saling percaya
Salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas,
tepati waktu.
2
Dorong
dan beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.
3
Dengarkan
ungkapan klien dengan empati
Rasional:
1
Hubunagn saling percaya sebagai
dasar interaksi yang terapeutik perawat klien
2
Ungkapan
perasaan klien terhadap perawat sebagai bukti bahwa klien mulai mempercayai
perawat
3
Rasa
empati akan meningkatkan hubungan saling percaya.
Evaluasi
Klien
dapat mengungkapkan perasaan dan keadaannya saat ini secara verbal.
TUK 2 : Klien
dapat mengenal halusinasinya
Intervensi
1
Adakan
kontrak sering dan singkat secara bertahap 5 menit setiap 1 jam, 10 menit
setiap satu jam, 15 menit setiap satu jam
2
Observasi
tingkah laku verbal / non verbaal yang berhubungan dengan halusinasi, bicara
sendiri, yaitu : isi bicara, mata melotot, tiba-tiba melotot, tiba-tiba pergi,
tertawa tiba-tiba
3
Gambarkan
tingkah laku halusinasi pada klien “apa yang terdenganr atau dilihat “.
4
Terima
halusinsi sebagai hal yang nyata bagi klien, tapi tidak bagi perawat (tidak
membenarkan dan tidak menunjang)
5
Bersama
klien mengidentifikasi aktivitas yang menimmbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi
,sifat, isi,waktu, dan frekuensi halusinasi.
6
Bersama
klien menentukan faktor pencetus halusinasi : ”apa yang terjadi sebelum halusinasi?”.
7
Dorong
klien mengungkapkan perasaannya ketika sedang berhalusinasi
Evaluasi
1
Klien dapat membedakan hal yang
nyata dan hal yang tidak nyata setelah 3-4 kali pertemuan dengan menceritakan
hal-hal yang nyata.
2
Klien
dapat menyebutkan situasi yang menimbulkan halusinasi: sifat, isi, waktu, frekuensi
halusinasi, setelah 3x pertemuan.
TUK 3 : Klien
dapat mengontrol halusinasinya
Intervensi:
1
Identifikasi
bersama klien tindakan apa yang dilakukan bila sedang berhalusinasi
2
Beri
pujian terhadap ungkapan klien tentang tindakannya
3
Diskusikan cara memutuskan halusinasi
4
Dorong
klien untuk menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasi
5
Beri
pujian atas upaya klien
Rasional
1
Tindakan
yang biasa dilakukan klien merupakan upaya mengatasi halusinasi
2
Memberikan
hal yang positif atau pengakuan akan meningkatkan harga diri klien
3
Dengan
halusinasi yang terkontrol untuk klien maka waham curiga tidak terjadi
4
Pengulangan
hasil diskusi yang dapat dilakukan klien merupakan suatu tanda konsentrasi
pikir dapat difokuskan
5
Pujian
merupakan pengakuan yang dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien
Evaluasi
1
Klien
dapat menyebutkan tindakan yang dilakukan bila sedang berhalusinasi setelah 3 x
pertemuan.
2
Klien
dapat menyebutkan 3 dari 4 cara memutuskan halusinasi
TUK 4 : Klien
dapat memanfaatkan obat untuk mengontrol halusinasinya
Intervensi
1
Diskusikan
dengan klien tentang obat yang dapat mengontrol halusinasi
2
Bantu
klien untuk memastikan klien telah minum obat secara teratur untuk menontrol halusinasinya
Rasional
1
Meningkatkan
pengetahuan dan motivasi klien untuk minum obat secara teratur
2
Memastikan
bahwa klien minum obat secara teratur
Evaluasi
Klien
minum obat secara teratur sesuai aturan minum obat setelah 3 x pertemuan
TUK 5 : Klien
dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Intervensi
1
Dorong
klien untuk memberitahu keluarga ketika timbul halusinasi
2
Lakukan
kunjungan keluarga, kenalkan pada halusinasi klien bantu dalam memutuskan
tindakan untuk mengontrol halusinasi klien, ajarkan cara merawat klien dirumah,
informasikan cara memotifikasi lingkungan agar mendukung realitas dan dorong
keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan dalam mengontrol halusinasi klien.
Rasional
1
Sebagai
upaya latihan klien sebelum berada di rumah
2
Keluarga
yang mampu merawat klien dengan halusinasi paling efektif mendukung kesembuhan
klien dengan masalah halusinasi.
Evaluasi
Klien
dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasi setelah dirumah.
Diagnosa
keperawatan 2
Perubahan
sensori persepsi b/d Kerusakan Interaksi Sosial
TUM : Klien dapat berhubungan dengan
orang lain dan lingkungan sehingga halusinasi dapat dicegah
TUK 1 Klien dapat membina hubungan
saling percaya dengan perawat
Intervensi
Bina hubungan saling percaya :
1
Sikap terbuka dan empati
2
Terima klien apa adanya
3
Sapa klien dengan ramah
4
Tepati janji
5
Jelaskan tujuan pertemuan
6
Pertahankan
kontak mata selama interaksi
7
Penuhi
kebutuhan dasar klien saat itu
Rasional
Kejujuran,
kesediaan dan penerimaan, meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dengan
perawat
Evaluasi
Setelah 2
x pertemuan klien dapat menerima kehadiran perawat
TUK 2 : Klien
dapat mengenal perasaan yang menyatakan perilaku Kerusakan Interaksi Sosial
Intervensi
1
Kaji
pengetahuan klien tentang Kerusakan Interaksi Sosial
2
Beri
kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab Kerusakan Interaksi
Sosial
3
Diskusikan
bersama klien tentang prilaku Kerusakan Interaksi Sosialnya
4
Beri
pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkannya
Rasional
1.
Mengetahui sejauh mana
pengetahuan klien yang Kerusakan Interaksi Sosial sehingga perawat dapat
merencanakan tindakan selanjutnya
2.
Untuk
mengetahui alasan klien Kerusakan Interaksi Sosial
3.
Meningkatkan
pengetahuan klien dan mencari pemecahan bersama tentang masalah klien
4.
Meningkatkan
harga diri klien berani bergaul denngan lingkungan sosialnya
Evaluasi
Setelah
satu kali pertemuan klien dapat menyebutkan penyebab/alasan dirinya Kerusakan
Interaksi Sosial.
TUK 3 :
Klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain
Intervensi
1
Diskusikan tentang manfaat
berhubungan dengan orang lain
2
Dorong
klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan orang lain
3
Beri
pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan manfaat berhubungan dengan
orang lain
Rasional
1
Meningkatkan
pengetahuan klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain
2
Untuk
mengetahui tingkat permohonan klien terhadap informasi yang telah diberikan
3
Reinfocemet
positif dapat meningkatkan harga diri klien
Evaluasi
Klien dapat menyebutkan 2 dari 3
manfaat berhubungan denngan orang lain
1
Mendapat teman
2
Mengungkapkan perasaan
3
Membantu pemecahan masalah
TUK 4 : Klien dapat berhubungan
dengan orang lain secara bertahap
Intervensi
1
Dorong klien untuk menyebutkan
cara berhubungan dengan orang lain
2
Dorong dan bantu klien
berhubungan dengan orang lain secara bertahap antara lain:
a.
klien – perawat
b.
klien – perawat – perawat lain
c.
klien – perawat – klien lain
d.
klien – kecil (TAK)
e.
klien – keluarga
3.
Libatkan
klien dalam kegiatan TAK dan ADL ruangan
4.
Reinforcement positif atas
keberhasilan yang telah dicapai klien
Rasional
1. Untuk mengetahui pemahaman klien terhadap
informasi yang telah diberikan
2. Klien mungkin mengalami perasaan tidak
nyaman, malu dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam
berhubungan dengan orang lain
3.
Membantu klien dalam
mempertahankan hubungan interpersonal
4.
Reinforcement positif dapat
meningkatkan harga diri klien
Evaluasi
Klien dapat menyebutkan cara
berhubungan dengan orang lain, misalnya :
- Membalas sapaan perawat
- Menatap mata
- Mau berinteraksi
TUK 5 : Klien mendapatkan dukungan
keluarga dan berhubungan dengan orang lain
Intervensi
1.
Diskusikan tentang manfaat
berhubungan denga anggota keluarga
2.
Dorong
klien untuk mengemukakan perasaan tentang keluarga
3.
Beri
brenforrcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasanya, manfaat
berhubungan dengan orang lain
Rasional
1.
Untuk
mengetahui sejauh mana klien merasakan amanfaat dari berhubungan dengan orang
lain
2.
Mengidentifikasi hambatan yang
dirasakan oleh klien dalam berhubungan dengan orang lain
3.
Reinforcement positif dapat
meningkatkan harga diri klien
Evaluasi
Klien dapat mengungkapkan perasaanya
setelah berhubungan dengan orang lain untuk :
Diri sendiri dan orang lain
Diagnosa keperawatan 3
Kerusakan
interaksi sosial ; Kerusakan Interaksi Sosial b/d harga diri rendah
Tujuan
TUM : Klien mampu berhubungan dengan orang lain
tanpa merasa rendah diri
TUK 1 : Klien
dapat memperkuat kesadaran diri
Intervensi
1. Diskusikan dengan klien kelebihan yang
dimilikinya
2.
Diskusikan kelemahan yang
dimilikinya
3. Beritahu klien bahwa tidak ada manusi yang
sempurna, semua memiliki kelebihan dan kekurangan
4. Beritahu klien bahwa kekurangan bisa
dimiliki dengan kelebihan yang dimiliki
5. Anjurkan klien untuk lebih meningkatkan
kelebihan yang dimiliki
6. Beritahu klien bahwa ada hikmah dibalik
kekurangan yang dimiliki
Rasional
1.
Mengidentifikasi hal-hal
positif yang masih dimiliki klien
2.
Mengingatkan
klien bahwa klien manusia biasa yang mempunyai kekurangan
3.
Menghadirkan realita pada klien
4.
Memberikan garapan pada klien
5.
Memberikan kesempatan berhasil
lebih tinggi
6.
Agar
klien tidak merasa putus asa
Evaluasi
1.
Klien
dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada diri setelah 1 x pertemuan
2.
Klien
dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki dan tidak menjadi halangan dalam
mencapai keberhasilan
TUK 2
Klien
dapat menyelidiki dirinya
Intervensi
:
1.
Diskusikan
denga klien ideal dirinya apa harapan selama di RS
2.
Bantu
klien mengembangkan antara keinginan dan kemampuan yang dimilikinya
3.
Beri
kesempatan klien untuk berhasil
4.
Beri Reinforcement positif
terhadap keberhasilan yang telah dicapai
Rasional
1.
Untuk
mengetahui sampai dimana reaalistis dan harapan klien
2.
Membantu klien membentuk
harapan yang realistis
3.
Meningkatkan percaya diri klien
4.
Memberi penghargaan terhadap
perilaku yang positif
Evaluasi
Klien
dapat menyebutkan cita-cita dan harapan yang sesuai dengan kemampuan setelah 1
x pertemuan
TUK 3
Klien
dapat mengevaluasi diri
Intervensi
1.
Bantu
klien mengidentifikasikan kegiatan atau keinginan yang bakl dicapainya
2.
Kaji
bagaimana perasaan klien dengan keberhasilan tersebut
3.
Bicarakan
kegagalan yang pernah dialami klien dan seba-sebab kegagalan.
4.
Kaji bagaimana respon klien
terhadap kegagalan tersebut dan cara mengatasinya
5.
Jelaskan pada klien bahwa
kegagalan yang dialami dapat menjadi pelajaran untuk mengatasi kesulitan yang
mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Rasional
1.
Mengingatkan
klien bahwa ia tidak selalu gagal
2.
Memberikan
kesempatan klien untuk menilai dirinya sendiri
3.
Mengetahui
apakah kegagalan tersebut mempengaruhi klien
4.
Mengetahui
kuping yang selama ini digunakan oleh klien
5.
Memnerikan
kekuatan pada klien bahwa kegagalan itu bukan merupakan akhir dari suatu usaha
Evaluasi
1.
Klien
dapat mmenyebutkan keberhasilan yang pernah dialami setelah 1 x pertemuan
2.
Klien
dapat menyebutkan kegagalan yang pernah dialami setelah 4 x pertemuan
TUK 4
Klien dapat membuat rencana
realistis
Intervensi
1. Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin
dicapai
2. Diskusikan denngan klien tujuan yang ingin
dicapai dengan kemampuan klien
3.
Bantu klien memilih perioritas
tujuan yang mungkin dapat dicapainya
4. Beri kesempatan klien untuk melakukan
kegiatan yang telah dipilih
5. Tunjukkan keterampuilan atau keberhasilan
yang telah dicapai klien
6. Ikut sertakan klien dalam kegiatan
aktivitas kelompok
7. Beri reinforcment positif bila klien mau
mengikuti kegiatan kelompok
Rasional
1. Agar klien tetap realistis dengan
kemampuan yang dimilikinya
2. Mempertahankan klien untuk tetap realistis
3.
Agar prioritas yang dipilih
sesuai dengan kemampuan
4.
Menghargai keputusan yang telah
di pilih klien
5.
Memberikan penghargaan atas
keberhasilan yang telah dicapai
6. Ikut sertakan klien dalam kegiatan
aktivitas kelompok
7. Meningkatkan harga diri klien.
Evaluasi
1
Klien
dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai setelah 1 x pertemuan
2
Klien
dapat membuat keputusan dan mencapai tujuan setelah 1 x pertemuan
TUK 5
Klien
dapat dukungan keluarga yang meningkatkan hanya dirinya
Intervensi
1.
Diskusikan dengan keluarga
tanda-tanda harga diri rendah
2.
Tunjukkan setiap anggota
keluarga untuk mengenal dan menghargai kemampuan tiap anggota keluarga
3.
Diskusikan dengan keluarga cara
merespon terhadap klien dengan harga diri rendah seperti menghargai klien tidak
mengejek, tidak menjauhi
4.
Tunjukkan
pada keluarga untun memberikan kesempatan berhasil pada klien
5.
Tunjukkan
kepada keluarga untuk menerima klien apa adanya
6.
Anjurkan
keluarga untuk melibatkan klien dalam setiap pertemuan keluarga
Rasional
1.
Mengantisipasi masalah yang
timbul
2.
Menyiapkan
suport sistem yang akurat
3.
Meningkatkan
kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan harga diri rendah seperti
menghargai klien, tidak mengejek, tidak menjauhi
4.
Memberikan
kesempatan pada klien untuk sukses
5.
Membantu
meningkatkan harga diri klien
6.
Meningkatkan
interaksi klien dengan anggota kelurga
Evaluasi
1.
Keluarga
dapat menyebutkan tanda-tanda harga diri rendah
Ú mengatakan diri tidak berharga tidak berguna dan tidak
pesimis
Ú Kerusakan Interaksi Sosial dan realita
2.
Keluarga dapat merespon dan
memperlakukan klien dengan harga diri rendah secara tepat setelah 2 x pertemuan
Diagnosa keperawatan 4
Sindrom defisit perawatan diri
berhubungan dengan intrenon aktivitas
TUM : Klien dapat mmelakukan perawatan diri
TUK 1 : Klien
mengetahui keuntungan melakukan perawatan diri
Intervensi
1.
Diskusikan
tentang keuntungan melakukan perawatan diri
2.
Dorong
klien untuk menyebutkan kembali keuntungan dalam melakukan perawatan diri
3.
Beri
pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan keuntungan melakukan
perawatan diri
Rasional
1.
Untuk
meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya perawatan diri
2.
Untuk
mengetahui tingkat pemahaman klien tentang informasi yang telah diberikan
3.
Reinforcement positif dapat
menyenangkan hati klien
Evaluasi
Klien
dapat menyebutkan keuntungan dari melakukan perawatan diri seperti :
- memelihara kesehatan
- memberi
rasa nyaman
TUK 2
Klien
mengetahui kerugian jika tidak melakukan perawatan diri
Intervensi
1.
Diskusikan
tentang kerugian tidak melakuakn perawatan diri
2.
Beri
pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan kerugian tidak melakukan
perawatan diri
Rasional
1.
Untuk
meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
2.
Reinforcement positif untuk
menyenangkan hati klien
Evaluasi
Klien
dapat menyebutkan kerugian dari tidak melakukan perawatan diri seperti :
Terkena penyakit , Sulit mendapat
teman
TUK 3 : Klien
berminat melakukan perawatan diri
Intervensi
1.
Dorong dan membantu klien dalam
melakukan perawatan diri
2.
Beri
pujian atas keberhasilan klien melakukan perawatan diri
Rasional
1.
Untuk
meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
2.
Reinforcement
positif dapat menyenangkan hati klien dan meningkatkan minat klien untuk
melakukan perawatan diri
Evaluasi
Klien
melakukan perawatan diri seperti : jelaskan
Diagnosa
keperawatan 5
Ketegangan
peran memberi perawatan untuk berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
merawat klien di Rumah
TUM:
Para
pemberi perawatan akan mendemonstrasikan keterampilan memecahkan masalah yang
efektif dan membentuk mekanisme koping yang adaptif
TUK :
Pemberian perawatan akan mendemonstrasikan pemahaman tentang cara-cara untuk
memudahkan peran memberi perawatan
Intervensi
1.
Kaji
kemampuan pemberi perawatan sadar terhadap sistem pelayanan dimana mereka
mencari bantuan.
2.
Pastikan
bahwa pemberi perawatan sadr terhadap sistem pelayanan kesehatan dimana mereka
dapat mencari bantuan
3.
Anjurkan
pada para pemberi perawatan untuk mengekpresikan perasaanya terutama rasa marah
4.
Dorongan
untuk berpartisipasi pada kelompok-kelompok pendukung yang berisi
anggota-anggota dengan situasi-situasi kehidupan yang sama
Rasional
1.
Para pemberi perawatan dapat tidak menyadari terhadap apa yang secara
realistis dapat dicapai oleh klien mereka dapar tidak menyadari terhadap
kemajuan alami dari penyakitnya
2.
Para
pemberi perawatan memerlukan keinginan dari tekanan dan ketegangan setelah
memberikan perawatan 24 jam kepada mereka dapat mencari bantuan
3.
Pelepasan
dari emosi-emosi ini dapat membantu mencegah fsikopatologi seperti depresi,
atau timbulnya kelainan fsikopatologis
4.
Mendengarkan
orang lain mengalami masalah-masalah yang sama mendiskusikan cara-cara yang
telah mereka hadapi dapat membantu pemberi perawatan untuk mengadopsi
strategi-strategi yang lebih adaptif
Evaluasi
Para
pemberi perawatan dapat mendemontrasikan keterampilan memecahkan masalah yang
efektif dan membentuk mekanisme koping yang adaptif.
Daftar Pustaka
Keliat,
Budi Anna,1998, Proses Keperawatan
Kesehatan Jiwa,EGC,Jakarta.
Nasution,Mahnum Lailan,2003, Gangguan Alam Perasaan : Kerusakan Interaksi Sosial,PSIK
Universitas Sumatera Utara (online):available: http;//
www.usu.co.id.,medan.
Stuart dan Sundeen,1998,Buku Saku Keperawatan Jiwa,EGC,Jakarta.